Menyelisik Pasca

oleh Yudhistira
pasca

Pasca merupakan salah satu kata yang cukup sering digunakan pada artikel-artikel media massa. Coba tik pasca di peramban Anda dan pilih kategori “Berita”. Muncullah judul-judul yang menggunakan kata pasca seperti pascaoperasi, pasca demo, pasca-pengesahan, dan sebagainya. Pertanyaannya, apakah kita perlu membubuhkan spasi atau tanda hubung (-) setelah pasca? Bisakah kita menulis pasca tanpa tanda hubung dan merangkainya dengan kata berikutnya?

Pasca tergolong ke dalam proleksem, yakni bentuk bahasa yang memiliki makna leksikal, tetapi tidak dapat berdiri sendiri. Contoh lain proleksem ialah awa-, adi-, dan catur-. Berarti, pasca merupakan bentuk terikat yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Dari segi pelafalan, pasca diucapkan dengan /c/, bukan /k/.

Banyaknya kebingungan atau kekeliruan penggunaan kata terkadang diakibatkan oleh tidak tahunya kita tentang asal-usul dan sejarah penggunaan kata itu sendiri. Kurnia J.R. dalam artikelnya yang berjudul “Pasca” menuliskan bahwa ada pihak yang menyangka bahwa pasca merupakan serapan dari bahasa Yunani. Padahal, Kamus Dewan terbitan Kuala Lumpur pada 1991 mengatakan bahwa pasca berasal dari bahasa Indonesia. Keterangan mengenai kata pasca kemudian diperjelas dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (2003) yang disusun oleh J.S. Badudu. Ternyata, pasca diserap dari bahasa Sanskerta. Badudu bersama Sutan Mohammad Zain juga telah memerikan peringatan pada lema pasca dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996). “Awas: bukan paska”, begitu tulis mereka.

Pascasarjana, pascademo, dan pascakonser merupakan contoh penulisan pasca yang tepat. Ia terikat. Akan tetapi, apabila kata berikutnya menggunakan awalan kapital karena mencirikan nama atau merk, kita perlu membubuhkan tanda hubung sehingga menjadi pasca-Demo Omnibus Law atau pasca-Konser Ulang Tahun Indonesia. Kurnia J.R. juga mengingatkan, sebagai bentuk terikat, pasca tidak semestinya digunakan dalam komposisi frasa, seperti pasca meletusnya dan pasca terjadinya kekerasan. Alih-alih menggunakan tanda hubung (pasca-meletusnya) atau ditulis serangkai (pascameletusnya), akan lebih baik apabila kita mengganti pasca dengan setelah atau sesudah.

 

Rujukan:

  • PUEBI
  • J.R., Kurnia. 2006. “Pasca”. Dalam Koran Tempo. Diakses pada 13 Oktober 2020.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin 

 

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar