Masalah Praktis dan Pragmatis
Praktis dan pragmatis adalah dua kata yang mirip, baik secara bunyi maupun arti. Dalam KBBI V, praktis diartikan sebagai ‘berdasarkan praktik’ serta ‘mudah dan senang memakainya (menjalankan dan sebagainya)’. Sementara itu, pragmatis memaknai ‘bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan)’ dan ‘mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis; mengenai atau bersangkutan dengan pragmatisme’. Bisa kita lihat, terdapat nuansa makna ‘praktis’ dalam pragmatis.
Meskipun begitu, saya pikir, penting untuk membedakan dua kata ini sehingga pemakaiannya dapat ditempatkan pada konteks yang sesuai.
Jika ditilik, makna ‘berdasarkan praktik’ dalam praktis bisa kita bedah lebih lanjut. Praktik adalah ‘pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori’, ‘pelaksanaan pekerjaan (tentang dokter, pengacara, dan sebagainya)’, dan ‘perbuatan menerapkan teori (keyakinan dan sebagainya); pelaksanaan’. Dengan demikian, berdasarkan praktik mengartikan berdasarkan pelaksanaan atau pekerjaan nyata yang sesuai dengan teori, keyakinan, atau pedoman apa pun. Dalam Merriam-Webster Dictionary pun, practical adalah ‘of, relating to, or manifested in practice or action: not theoretical or ideal’. Makna praktis bertitik berat pada aksi, tindakan, atau pelaksanaan yang tidak mempersoalkan keidealan.
Lalu, bagaimana dengan pragmatis? Kata ini, selain memiliki makna ‘praktis’, juga membubuhkan ‘berguna bagi umum’ dan ‘kemanfaatan’. Ini yang tidak terdapat dalam kata praktis. Kata pragmatis berasal dari bahasa Yunani, pragma. Pasalnya, praktis pun juga berakar dari kata ini. Namun, Charles S. Peirce, seorang ahli logika Amerika Serikat yang menjadi pionir filsafat pragmatisme, memilih mengedepankan kata pragmatis, bukan praktis, sebagai aliran filsafat. Siti Maslakhah dalam makalahnya menerangkan, “Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.”
Pada akhirnya, sesuatu yang bersifat praktis belum tentu pragmatis. Yang dilakukan belum tentu mengandung kegunaan. Sementara itu, sesuatu yang pragmatis belum tentu bersifat praktis, sebagaimana yang bermanfaat dan berguna belum tentu mudah dijalankan.
Rujukan:
- Maslakhah, Siti. 2019. “Penerapan Metode Learning by Doing sebagai Implementasi Filsafat Pragmatisme dalam Mata Kuliah Linguistik Historis Komparatif”. Diksi, Volume 27, Nomor 2, September, hlm. 159–167. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
- Rosenthal, Sandra B. & Thayer, H.S. 2023. “pragmatism”. Britannica. Diakses pada 25 Januari 2024.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Artikel & Berita Terbaru
- Tertawa Menjelajah Semesta Bacaan
- Waktunya Anak Membaca dengan Gaya Pascadigital
- Pentingnya Perpustakaan Rumah bagi Anak-Anak
- Hadapi Keresahan Percampuran Bahasa di Bulan Bahasa dan Sastra
- Gelombang II Pelatihan Keterampilan Menulis Naskah Dinas untuk IFG
- Warganet Bisa Apa untuk Mencari Jawaban Pertanyaan Kebahasaan?
- Siniar Malaka Project bersama Ivan Lanin
- Bahasa sebagai Bahan Baku Berhumor
- Perbedaan Pantomim dan Mime
- Pelatihan Keterampilan Menulis Naskah Dinas untuk Pegawai IFG
- Kuliah Tamu DSI ITS: Kiat-Kiat Penyusunan Proposal Karya Ilmiah
- Lokakarya KESDM: Penyusunan Naskah Dinas