Kerabat Nara mungkin pernah mendengar istilah news lead. Dalam bahasa Indonesia, padanannya adalah teras berita yang berarti ‘bagian awal berita yang berisi gambaran umum atau inti berita, dibuat untuk menarik perhatian pembaca’. Lazimnya, teras berita memuat elemen asdikamba, yaitu apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Kita lebih mengenalnya sebagai 5W + 1H.

Di samping memuat gambaran umum atau inti sari berita, teras berita juga dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca. Barangkali, dalam ingatan kita, penggunaan asdikamba adalah formula yang kaku. Ditambah lagi, ada kewajiban untuk menggaet perhatian pembaca dalam waktu yang singkat. Dengan begitu, teras berita sebaiknya singkat dan jelas. Apakah teras berita harus selalu seperti itu?

Ternyata tidak. Yang kita bicarakan dari tadi adalah teras berita dalam hard-news. Dalam jenis berita ini, teras pada umumnya disusun melalui formula piramida terbalik. Sementara itu, dalam berita khas (feature), terdapat istilah delayed lede (lead). Di sini, unsur asdikamba tidak mesti tertera pada paragraf pembuka. Unsur apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana dapat tersebar. Tony Rogers (2019) dalam tulisannya menyatakan bahwa “A delayed lede allows the writer to take a more creative approach by setting a scene, describing a person or place or telling a short story or anecdote.”

Rogers memberikan contoh delayed lede seperti ini:

After several days in solitary confinement, Mohamed Rifaey finally found relief in pain. He would wrap his head in a towel and whack it against the cinder-block wall. Over and over.

Dalam berita khas, inti sari berita seolah ditunda. Penulis dapat memanfaatkan pendekatan penulisan novel atau cerita pendek untuk menarik perhatian pembaca, seperti deskripsi latar tempat, suasana, atau waktu. Lalu, menjelang akhir tulisan, kita memerlukan nutshell paragraph (nut graph), yakni paragraf atau bagian yang menyimpulkan berita.

 

Rujukan:

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin