Bidang Apa Saja yang Bisa Dimasuki Linguis?

oleh Harrits Rizqi Budiman
Linguis bisa jadi apa, ya?

Coba Kerabat Nara ingat. Sewaktu kecil, ketika seorang guru bertanya tentang cita-cita atau profesi, apa jawaban Kerabat Nara? Mungkin Kerabat Nara ingin menjadi dokter, polisi, tentara, atau presiden. Teman-teman saya juga menjawab begitu. Namun, di antara mereka—termasuk saya sendiri, tidak ada yang menjawab, “Saya ingin jadi linguis!”

Jawaban merupakan refleksi dari pengetahuan. Kala itu, saya dan teman sekelas memang tidak ada yang paham soal linguis (ahli ilmu bahasa). Tahu ada kata linguis pun tidak. Padahal, ahli bahasa ada di berbagai bidang. Hal itulah yang coba saya bagikan dalam tulisan ini.

1. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, ahli bahasa dapat tampil di depan layar sebagai pengajar. Profesi ini memiliki cakupan yang luas, lo. Selain untuk tingkat dasar, menengah, dan tinggi, ahli bahasa dapat mengajar orang asing. Peluang tersebut saya jumpai ketika berkuliah. Lembaga kebahasaan di fakultas menyediakan program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Para mahasiswanya berasal dari berbagai negara, seperti Korea Selatan, Tiongkok, Meksiko, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat.

Ingin bekerja di belakang layar saja? Tentu bisa. Kerabat Nara dapat berperan dalam pengembangan materi pendidikan, perancangan materi pengujian bahasa standar, dan penilaian penguasaan pembelajaran bahasa secara lebih efektif.

2. Pemerintahan

Linguis biasanya tidak hanya berkutat pada urusan bahasa, tetapi juga ranah yang lebih luas, yakni budaya. Pemahaman mengenai hal itulah yang membuat linguis cocok menjadi diplomat.

Selain itu, ketika iseng mencari informasi mengenai rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) pada 2021 lalu, saya menemukan posisi lain yang tepat untuk ahli bahasa. Posisi itu ialah analis bahan keterangan di Badan Intelijen Negara (BIN). Sarjana kebahasaan, termasuk alumni Sastra Indonesia, tercantum pada kualifikasi pendidikan yang disyaratkan.

3. Industri Kreatif

Industri kreatif, terutama di sektor periklanan dan perkontenan, berkembang pesat saat ini. Jika melihat lowongan pada situs pencarian kerja, seperti LinkedIn, JobStreet, Kalibrr, dan Glints, kita bisa menemukan banyak perusahaan yang membuka posisi penulis wara, konten, dan skrip. Posisi-posisi itu sangat tepat untuk diisi oleh orang-orang yang memahami bahasa dengan baik. Sebabnya, kemampuan merangkai kalimat, memilih kata, dan menertibkan ejaan sangat dibutuhkan.

Di samping penulis, penyunting juga diperlukan dalam industri yang bertumpu pada daya cipta ini. Penyunting memastikan bahwa tiap keluaran bersih dari noda-noda saltik dan sekutu-sekutunya, yakni kata yang tidak tepat dan kalimat yang tidak efektif. 

4. Penerjemahan

Komunikasi antara dua pihak yang tidak dapat berbicara dalam satu bahasa yang sama perlu mendapatkan jembatan dari penerjemah. Di sinilah ahli bahasa berperan.

Penerjemah diperlukan untuk menangani urusan kebahasaan dalam berbagai laras. Pada laras bisnis dan hukum, misalnya, penerjemah bertugas mengalihkan dokumen dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Sementara itu, pada laras kreatif dan sastra, penerjemah membantu penikmat film dan novel untuk memahami isi cerita.

5. Penyusunan Kamus

Orang yang menyusun kamus disebut leksikograf. Apa yang dilakukan para leksikograf? Mereka menulis, menyusun, dan menyunting kamus untuk penutur asli, pelajar bahasa asing, profesional, dan dwibahasawan. Leksikograf juga memantau dan merekam kata-kata baru serta memeriksa keakuratan teks.

Para ahli bahasa di Indonesia yang ingin mencari “kolam besar” mungkin perlu mempertimbangkan bidang ini. Sebabnya, di negara kepulauan ini, penyusunan kamus masih jarang digeluti. 

6. Terapi Wicara

Kerabat Nara pernah mendengar afasia dan disastria? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang pertama berarti ‘kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan bicara karena penyakit, cacat, atau cedera pada otak’, sedangkan yang kedua bermakna ‘cacat wicara karena kelainan pusat saraf’. Kedua gangguan bahasa itu dapat didiagnosis dan diobati oleh terapis wicara.

Ingin menjadi terapis wicara? Kuasailah tataran fonetik dengan baik, terutama fonetik artikulatoris (pemroduksian bunyi bahasa oleh alat-alat ucap manusia).

7. Pemrosesan Bahasa Alami

Pemrosesan bahasa alami (PBA) atau natural language processing (NLP) mencakup empat hal, yaitu (1) pengenalan wicara (speech recognition)—program untuk mengenali suara manusia, (2) pengenalan optik (optical recognition)—program untuk mengenali tulisan, (3) penerjemahan mesin (machine translation), dan (4) suara ke teks (voice to text)—program untuk mendikte komputer agar kata-kata yang diucapkan dapat mewujud menjadi tulisan. Dari cakupan tersebut, kita tahu bahwa PBA mesti dikuasai oleh orang yang paham akan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dengan kata lain, ini ladangnya linguis.

8. Kriptografi

Para linguis dapat membantu badan intelijen dalam bidang kriptografi (penyelidikan kode rahasia). Mereka bertugas memecahkan kode; menerjemahkan, menganalisis, dan meringkas pesan sensitif; serta mengembangkan sistem kode untuk melindungi informasi penting. Dalam bidang ini, selain memahami bahasa, linguis juga harus menguasai matematika, logika, dan ilmu komputer.

9. Penegakan Hukum

Untuk keperluan investigasi perdata dan pidana, linguis forensik—ahli bahasa yang menggunakan kepakarannya dalam bidang hukum—membantu menyediakan atau menganalisis bukti yang berupa komponen bahasa. Dengan pemahaman tentang fonetik akustik, analisis wacana, semantik, pragmatik, dan psikolinguistik, mereka menangani surat wasiat, sengketa merek dagang, rekaman suara, dan ancaman di media sosial. 

Kerabat Nara ingin menjadi linguis forensik? Coba simak wawancara Narabahasa bersama Prof. Andika Dutha Bachari, seorang praktisi linguistik forensik Indonesia, di YouTube Narabahasa. 

Itulah sembilan bidang yang bisa dimasuki linguis. Kerabat Nara tertarik dengan yang mana? Tulis di kolom komentar, ya.

 

Rujukan

  • Harimansyah, Ganjar. 2021. “Prospek Pengembangan Linguistik dan Potensi Karier Linguis”. Linguistik Indonesia, Volume 39, Nomor 2, Halaman 183–195.
  • Kushartanti dkk. (ed.). 2009. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar