Kita telah mengenal salah satu alat kohesi dalam wacana, yakni kohesi gramatikal. Kohesi gramatikal dapat berwujud referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Pada tulisan ini, saya akan membahas alat kohesi lain, yaitu kohesi leksikal, yang juga bertugas untuk membuat sebuah wacana menjadi padu.
Apabila kohesi gramatikal memanfaatkan alat tata bahasa sebagai pemarkah, kohesi leksikal memanfaatkan unsur leksikal atau kata yang menandakan hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana. Kohesi ini dapat diwujudkan melalui reiterasi dan kolokasi.
Reiterasi
Ketika ingin menekankan fokus atau topik dalam sebuah wacana, kita dapat menggunakan reiterasi, yakni pengulangan kata pada kalimat berikutnya. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonimi, hiponimi, metonimi, dan antonimi.
Jenis reiterasi yang pertama, repetisi, adalah pengulangan kata yang sama. Perhatikan contoh berikut.
Kini Soleh hidup seorang diri di Jakarta. Baginya, Jakarta adalah rumah yang tak tergantikan.
Sementara itu, reiterasi sinonimi menekankan hubungan antarkata yang memiliki makna sama.
Kini Soleh hidup seorang diri di Jakarta. Baginya, ibu kota adalah rumah yang tak tergantikan.
Jenis reiterasi yang ketiga, hiponimi, adalah relasi antarkata yang memiliki makna spesifik dan generik.
Kini Soleh hidup seorang diri di Jakarta. Tahun lalu, kedua orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Bali. Katanya, sang ayah sudah tidak kuat dengan polusi udara. Sementara itu, sang ibu ingin menjauh dari keramaian.
Reiterasi berikutnya adalah metonimi atau metonimia, yaitu pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.
Kini Soleh hidup seorang diri di Jakarta. Tahun lalu, kedua orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Bali. Katanya, sang ayah sudah tidak kuat dengan polusi udara. Sementara itu, sang ibu ingin menjauh dari keramaian metropolis.
Reiterasi yang terakhir adalah antonimi, yakni hubungan antarkata yang beroposisi makna.
Kini Soleh hidup seorang diri di Jakarta. Tahun lalu, kedua orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Bali. Katanya, sang ayah sudah tidak kuat dengan polusi udara. Sementara itu, sang ibu ingin menjauh dari keramaian metropolis. Meskipun demikian, Soleh tetap tinggal. Baginya, ibu kota adalah rumah yang tak tergantikan.
Kolokasi
Alat kohesi leksikal yang kedua adalah kolokasi, yakni penanda hubungan antarkata yang mencerminkan lingkungan atau bidang yang sama. Perhatikan contoh berikut.
Soleh bekerja sebagai seorang wartawan. Dia melihat Jakarta sebagai tempat yang menarik untuk diberitakan. Tulisan-tulisan Soleh sering terpampang pada halaman depan surat kabar nasional.
Wartawan, berita, dan surat kabar merupakan tiga kata yang saling berkolokasi sehingga mampu membuat wacana semakin padu.
Rujukan:
Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin