Kamus Merriam-Webster mencatatkan arti ‘a book of specialized information often published under government auspices’ untuk entri blue book. Mungkin Kerabat Nara juga sudah tahu bahwa blue book atau buku biru tidak selalu mengartikan ‘buku yang berwarna biru’. Mengapa demikian?
Pertama-tama, kita harus memahami konsep gabungan kata dan kata majemuk terlebih dahulu. Sekilas, kedua istilah itu tampak mirip. Kita tahu bahwa gabungan kata menunjukkan kuantitas sebuah kata yang lebih dari satu. Istilah majemuk pun juga mencirikan makna demikian. Namun, dalam bahasa, dua istilah ini punya perbedaan yang signifikan.
Gabungan kata adalah konsep yang selama ini kita kenal sebagai frasa. Biasanya, frasa terdiri atas dua kata atau lebih. Ada bagian yang menjadi unsur utama atau inti dan pelengkap atau pewatas. Contoh sebelumnya, buku biru, memosisikan buku sebagai inti dan biru sebagai pewatas. Buku biru tergolong ke dalam frasa nominal karena inti frasa tersebut, yakni buku, merupakan kata benda.
Hati-hati, Kerabat Nara. Buku biru juga bisa disebut sebagai kata majemuk, yaitu hasil dari pemajemukan. Kata majemuk sering pula disebut sebagai komposisi yang terbentuk dari kompositum atau pemaduan leksem. Sama halnya dengan frasa, kata majemuk pun memiliki unsur inti dan pewatas. Lagi-lagi, buku berdiri sebagai inti dan biru berkedudukan sebagai pewatas.
Lantas bagaimana cara membedakan buku biru sebagai frasa dan buku biru sebagai kata majemuk? Mudahnya begini, dalam tataran frasa, buku biru memaknai ‘buku yang berwarna biru’. Sebuah frasa bisa mengalami penyisipan. Maka dari itu, kita bisa menambahkan bentuk yang berwarna dalam buku biru. Sementara itu, kata majemuk tidak bisa mengalami penyisipan. Di sini, buku biru tidak mengartikan ‘buku berwarna biru’, tetapi ‘buku yang memuat nama-nama orang terkemuka’, ‘buku yang memuat saran, pertimbangan, dan usulan tentang suatu masalah’, atau ‘buku laporan pemerintah’. Perlu diketahui pula bahwa kata majemuk dihasilkan dari pembentukan kata. Dengan kata lain, kata majemuk berpegangan pada proses morfologis, lain halnya dengan frasa yang termasuk ke dalam wilayah sintaksis.
Rujukan:
- Darnis, Azhari Dasman. “Majemuk, Idiom, dan Frasa: Konsep dan Perbedaannya”. Diakses pada 12 Juli 2021.
- Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin