Memaknai “Apatah” dalam Lagu Efek Rumah Kaca

oleh Yudhistira

Salah satu grup musik Indonesia yang saya kagumi adalah Efek Rumah Kaca (ERK). Sedari dulu, saya memang terpikat pada band ini. Lirik-lirik bahasa Indonesia yang mereka tulis memiliki daya tarik tersendiri. Diksinya cerdas dan rimanya pas. Beberapa larik pun punya nilai puitis yang buat saya tidak terlihat dipaksakan.

Pada 27 Juli 2023, ERK merayakan perilisan album terbaru mereka yang berjudul Rimpang dalam sebuah konser tunggal. Teman-teman saya merekam pertunjukan tersebut dan mengunggahnya pada cerita Instagram. Saya sontak teringat, terdapat satu kata unik dalam bahasa Indonesia yang diselipkan pada salah satu lagu di album ini, yaitu apatah. Pernahkah Kerabat Nara mendengar atau membaca kata ini?

Pada artikel “Kata Tugas”, saya sudah membahas bahwa bahasa Indonesia memiliki lima jenis kata tugas, yakni preposisi, konjungsi, interjeksi, artikula, dan partikel penegas. Preposisi adalah kata depan, lalu konjungsi akrab disebut kata hubung. Kemudian, interjeksi dan artikula merupakan kata seru dan kata pembatas nomina. Sementara itu, partikel penegas memayungi empat jenis bentuk, yaitu pun, -kah, -lah, dan -tah. Yang terakhir inilah yang membentuk apatah.

Saya kurang begitu mengerti mengapa KBBI V menggolongkan apatah sebagai pronomina. Namun, kamus kita secara jelas membubuhkan keterangan bahwa kata ini adalah kata klasik yang sering ditemukan dalam kesusastraan Melayu Klasik.

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2017), Moeliono dkk. menggolongkan apatah sebagai partikel penegas. Buku tersebut menjelaskan bahwa -tah hampir mirip dengan -kah yang digunakan dalam kalimat tanya atau kalimat interogatif.

Kita sering mendengar kalimat tanya yang dimulai dengan apakah, seperti Apakah kita bisa sukses? Kalimat tersebut dapat dimodifikasi dengan partikel apatah sehingga menjadi Apatah kita bisa sukses?

Meskipun hampir mirip dengan apakah, partikel apatah menyiratkan makna yang berbeda. Dengan menggunakan partikel ini, kalimat Apatah kita bisa sukses? adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena peserta tutur dalam ujaran sudah sama-sama mengetahui jawabannya. Moeliono dkk. menyatakan bahwa “Partikel -tah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. la seolah-olah hanya bertanya kepada diri sendiri karena keheranan atau kesangsiannya.”

Inilah yang ERK terapkan pada lagu “Kita Yang Purba” dalam album Rimpang. Dua bait pembuka lagu ini adalah sebagai berikut.

Jika jiwa hilang percuma

Bukan bencana, bukan petaka

Modernitas pecahkan problema

Apatah daya kita yang purba?

Haruskah ucap selamat petang

Pada masa terang?

Berkubang di kejayaan masa silam

Saya menangkap lagu ini sebagai ketiadaan harapan bagi beberapa orang yang tidak mampu mengikuti kemajuan zaman. Larik Apatah daya kita yang purba? menggambarkan keadaan yang putus asa. Ditambah lagi, dengan partikel apatah, pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab. Nyatanya, kecanggihan teknologi memang belum bisa diakses oleh seluruh kalangan untuk menjadi solusi terbaik akan problema kehidupan.

 

Rujukan: Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

 

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

1 komentar

Muzakir 27 Desember 2023 - 18:09

Apatah itu banyak digunakan penyair dalam menulis puisi. Kalau mimin menyukai membaca puisi, pasti sudah tak asing dengan kata apatah.

Balas

Tinggalkan Komentar