Kata Tugas
Berbeda dengan kelas-kelas kata yang saya bahas sebelumnya, kata tugas hanya memiliki arti gramatikal. Makna kata tugas baru bisa ditentukan ketika kata tugas tersebut bersanding dengan kelas kata yang lain. Berikut ini merupakan jenis-jenis kata tugas berdasarkan penjelasan Moeliono dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2017).
Preposisi
Secara semantis, preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang menandakan hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dan konstituen di belakangnya. Contoh: ke belakang. Preposisi ke menandakan makna arah menuju nomina belakang.
Lalu, apabila dilihat melalui perilaku sintaksis, preposisi terletak di depan nomina, adjektiva, atau adverbia demi membentuk frasa preposisional seperti ke belakang, sampai puas, dan dengan segera.
Konjungsi
Konjungsi atau kata hubung menaungi kata-kata yang dapat menghubungkan dua satuan bahasa yang setara ataupun tidak. Perhatikan dua kalimat di bawah ini.
- Ali dan Mahmud berencana untuk makan siang bersama.
- Ali berjanji mentraktir Mahmud karena Ali sedang berulang tahun.
Contoh konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa yang setara adalah dan juga atau. Kemudian, karena, sejak, dan setelah merupakan tiga contoh konjungsi yang dapat menghubungkan dua satuan bahasa yang tidak setara.
Interjeksi
Kelas kata ini disebut juga sebagai kata seru. Interjeksi bertugas untuk menegaskan perasaan penulis atau pembicara. Contoh interjeksi adalah aduhai, amboi, dan buset. Kerabat Nara bisa menyelami interjeksi lebih dalam lewat artikel “Menegaskan Perasaan lewat Interjeksi”.
Artikula
Artikula merupakan kata tugas yang membatasi makna nomina. Ada tiga jenis artikula, yaitu artikula (a) yang bersifat gelar; (b) yang mengacu pada arti kelompok; dan (c) yang menominalkan.
Artikula yang bersifat gelar lazimnya berkaitan dengan seseorang atau hal yang dianggap bermartabat. Contoh artikula pada jenis ini adalah sang, sri, hang, dan dang.
- Sang: Artikula yang menandakan manusia atau benda yang unik dalam rangka meninggikan martabatnya. Namun, terkadang, artikula ini digunakan juga dalam gurauan dan sindiran.
- Sri: Artikula yang menandakan manusia bermartabat tinggi dalam keagamaan dan kerajaan.
- Hang: Artikula yang menandakan laki-laki terhormat. Artikula ini sering ditemukan pada sastra lama.
- Dang: Artikula yang menandakan perempuan terhormat. Artikula ini sering ditemukan pada sastra lama.
Sementara itu, artikula yang mengacu pada makna kelompok atau kolektif adalah para. Perlu diingat, kata kaum dan umat juga mengacu pada makna kelompok. Akan tetapi, keduanya tergolong ke dalam nomina, bukan artikula.
Kemudian, contoh artikula yang menominalkan adalah si. Artikula ini dapat membentuk nomina dengan mendahului nama orang, adjektiva, verba, dan pronomina dia.
- Si Budi baru saja potong rambut.
- Si jangkung itu pandai bermain basket.
- Si terdakwa kabur ke luar negeri.
- Si dia lagi pulang kampung.
Nyatanya, selain berperan sebagai konjungsi, yang pun dapat juga berfungsi sebagai artikula. Yang sebagai artikula dapat membentuk frasa nominal dari verba, adjektiva, atau kelas kata lain yang bersifat takrif. Contohnya adalah yang terhormat, yang hadir, yang berkepentingan; yang kaya, yang miskin, yang putih; dan yang pertama, yang ini, yang lain.
Partikel Penegas
Dalam bahasa Indonesia, ada empat partikel penegas, yakni -lah, -kah, -tah, dan pun.
- -lah: Partikel ini merupakan bentuk klitik yang sering digunakan dalam kalimat imperatif dan deklaratif.
- -kah: Partikel -kah adalah klitik yang umumnya digunakan dalam kalimat interogatif.
- -tah: Partikel ini mungkin sudah jarang kita temukan. Partikel -tah sering digunakan dalam kalimat interogatif, tetapi sebetulnya sang penanya tidak menuntut sebuah jawaban.
- pun: Berbeda dengan tiga partikel sebelumnya, pun bukanlah klitik. Silakan baca artikel tentang partikel pun di sini.
Kata tugas memang tidak memiliki makna leksikal seperti kata-kata di dalam kategori nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Namun, saya rasa, tanpa adanya kata tugas, kelas kata utama dalam bahasa Indonesia akan terasa hambar.
Rujukan:
Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian