Bentuk Tegun

oleh Yudhistira

Saya baru tahu bahwa dalam linguistik terdapat istilah hesitation form atau “bentuk tegun”. Selain itu, hesitation form ini sering pula disebut sebagai filled pause yang dipadankan dengan “jeda terisi”. Contohnya adalah bunyi eh yang sering kita gunakan ketika sedang berujar. Perhatikan beberapa contoh berikut yang acap digunakan atau ditemukan ketika seseorang tengah ragu atas apa yang dia ucapkan.

  1. Bagaimana kalau, eh, kita naik mobil saja?
  2. Tapi, eh, bukan begitu maksudku.
  3. Eh, saya kurang mengerti maksud Anda.

Menurut Kamus Linguistik: Edisi Keempat (2009), bentuk tegun adalah bunyi atau kata yang diucapkan karena pembicara ragu-ragu atau sedang mencari ungkapan yang cocok, seperti e …, e …, … apa namanya …. Sebaliknya, jeda terisi diartikan sebagai keragu-raguan dalam wicara spontan yang sebagian atau seluruhnya diisi oleh bunyi atau ungkapan, seperti e, apa itu, dan sebagainya. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa bentuk tegun adalah bagian dari jeda terisi. Shireberg dan Watanabe dalam Gósy dkk. (2014) menuliskan bahwa jeda terisi adalah labirin, penanda penundaan, keragu-raguan, jeda perbaikan, interjeksi, dan sebagainya untuk sebuah perencanaan pengungkapan. 

Lihat contoh di bawah ini yang menggunakan jeda terisi sebagai perbaikan dan interjeksi.

  1. Saya sudah dua kali, eh, tiga kali bolak-balik ke warung!
  2. Tadi saya meletakkan kunci motor di mana, ya? Eh! Ada di sini ternyata!

Jeda terisi, baik berupa bentuk tegun maupun bukan bentuk tegun, sering digunakan dalam ragam ujaran formal ataupun nonformal. Tentu kita sering mendengar seseorang dalam pidato yang menggunakan jeda terisi guna mengatur kalimat yang hendak dia ucapkan. Lebih dari itu, bentuk tegun makin sering kita dengar dalam situasi nonformal. Bentuknya pun tidak terbatas pada eh saja. Misalnya, anu, apa ya, dan hmm. Bahkan, bentuk tegun yang berasal dari bahasa Inggris juga acap kita adopsi. Contohnya adalah well, um, dan what is it.

 

Rujukan:

  • Gósy, dkk. 2014. “Phonetic characteristics of filled pauses: the effects of speakers’ age”. Prosiding 10th International Seminar on Speech Production (ISSP). Cologne: 5–8 Mei 2014, hlm. 150–153. 
  • Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Tottie, Gunnel. 2017. “From pause to word: uh, um and er in written American English”. Dalam Jurnal English Language and Linguistics, Volume 23, Issue 1, Maret hlm. 105–130. United Kingdom: Cambridge University Press.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar