Sebelumnya saya sudah pernah membahas macam-macam adverbia. Jika ditilik berdasarkan perilaku semantisnya, adverbia sebagai kata keterangan dapat digolongkan menjadi adverbia kualitatif, kuantitatif, limitatif, frekuentatif, kewaktuan, kecaraan, kontrastif, dan keniscayaan. Untuk menerangkan kualitas, gunakanlah adverbia paling, sangat, atau agak. Kemudian untuk menerangkan kuantitas, kita bisa menggunakan banyak, sedikit, atau cukup. Setiap jenis memuat adverbia yang berbeda-beda.

Jenis adverbia juga bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk tunggal dan gabungan. Apabila bentuk tunggal mengandung adverbia yang berupa kata dasar, kata berafiks, dan kata ulang, bentuk gabungan berisi adverbia gabungan yang berdampingan serta adverbia gabungan yang tidak berdampingan.

 

Adverbia Tunggal

Adverbia yang hanya memiliki satu morfem disebut adverbia tunggal berupa kata dasar. Yang termasuk ke dalam adverbia ini adalah pemarkah negasi (tidak dan bukan); pemarkah keaspekan (akan, sedang, dan sudah); pemarkah modalitas (ingin, mau, dan harus); pemarkah kualitas (paling, agak, dan sangat); pemarkah perbandingan (lebih dan kurang), dan sebagainya.

Di lain sisi, adverbia tunggal juga ada yang mengalami afiksasi se- … -nya atau -nya. Contohnya adalah sebaiknya, seyogianya, dan seharusnya; serta agaknya, biasanya, dan tampaknya. Selain itu, Moeliono dkk. juga menuliskan adverbia tunggal berafiks ter-, seperti terlalu, terlampau, terkadang, dan teramat.

Klasifikasi yang terakhir dalam adverbia tunggal adalah adverbia tunggal yang berupa kata ulang. Terdapat empat pola yang bisa membentuk adverbia tunggal ini.

  1. Pengulangan kata dasar, contohnya belum-belum, diam-diam, dan lagi-lagi
  2. Pengulangan kata dasar dengan penambahan se-, contohnya sepandai-pandai dan setinggi-tinggi
  3. Pengulangan kata dasar dengan penambahan -an, contohnya terang-terangan dan habis-habisan
  4. Pengulangan kata dasar dengan penambahan se- dan -nya, contohnya sepandai-pandainya, setinggi-tingginya, dan seikhlas-ikhlasnya

Perlu dicatat bahwa sepandai-pandai dan setinggi-tinggi sudah tercantum dalam KBBI V. Namun, sepandai-pandai tergolong ke dalam adjektiva, bukan adverbia. Tampaknya ada perbedaan pendapat antara penyusun kamus kita dan penyusun Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2017).

 

Adverbia Gabungan

Adverbia yang terdiri atas dua atau tiga kata dasar disebut adverbia gabungan. Jika  adverbia-adverbia berdampingan tanpa perantara, adverbia tersebut dinamakan adverbia gabungan yang berdampingan. Contohnya adalah lebih kurang, sudah pernah, dan mau tidak mau.

Sementara itu, adverbia gabungan yang dipisahkan oleh unsur lain adalah adverbia gabungan yang tidak berdampingan. Perhatikan contoh kalimat berikut.

  1. Ditya tidak kapok juga sekalipun sudah ketahuan berkali-kali.
  2. Meskipun sudah mengebut, saya belum sampai juga.
  3. Bukan saya saja yang merasakan hal serupa.

Perlu dicatat juga, ada beberapa adverbia gabungan yang tidak berdampingan dapat dimanfaatkan sebagai adverbia gabungan berdampingan.

  1. Meskipun sudah mengebut, saya belum juga sampai.
  2. Ditya tidak juga kapok sekalipun sudah ketahuan berkali-kali.
  3. Dia tidak lagi bekerja di kantor itu.

 

Rujukan: Moeliono, Anton. M, dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin