Saya lupa tentang kapan persisnya ungkapan iya banget lagi muncul. Namun, saya ingat ungkapan tersebut pertama kali saya dapatkan dari internet. Iya banget lagi biasanya muncul untuk menjawab atau merespons sesuatu yang disepakati atau relate. Misalnya, seseorang mengirim status, “Secanggih-canggihnya e-book, buku fisik tetap di hati. Apalagi kalau buku itu langka.” Kita bisa menggunakan iya banget lagi untuk mewakili makna ‘setuju’ dalam menanggapi cuitan tersebut.
Lambat laun, kata lagi makin sering bermunculan, bahkan dalam konteks yang tambah luas. Contohnya adalah Gue laper banget lagi, Udah telat banget lagi, atau Lagunya enak banget lagi. Agaknya, (banget) lagi menjadi sesuatu yang menjalar dan lumrah untuk diutarakan, terutama oleh anak-anak muda di Jakarta.
Mari kita tengok makna kata lagi dalam kamus. Menurut KBBI, lagi dapat berperan sebagai adverbia atau partikel. Dalam KBBI, yang dimaksud dengan partikel adalah kata tugas.
Sebagai adverbia, kata lagi memiliki tiga makna, yakni (1) ‘sedang; masih’; (2) ‘tambah sekian (atau sedemikian) pula’; dan (3) ‘kembali (berbuat dan sebagainya) seperti semula; berulang seperti semula; pula’.
Sementara itu, sebagai partikel, lagi mengartikan dua hal. Yang pertama adalah konjungsi ‘dan; serta; juga’. Sementara itu, yang kedua, lagi merupakan ‘partikel yang dipakai untuk menekankan kata atau kalimat yang mendahuluinya’. Untuk yang terakhir ini, lagi mengandung arti ‘betul-betul’ dan ‘amat sangat’, seperti pada contoh kalimat Kemarahan rakyat sudah tidak terbendung lagi. Dalam contoh tersebut, lagi berdiri sebagai penegas.
Lagi sebagai partikel yang menegaskan kata sebelumnya, saya lihat, adalah peran yang sering digunakan hari ini. Iya banget lagi, laper banget lagi, udah telat banget lagi, dan berbagai ungkapan sejenis memanfaatkan lagi sebagai penegas. Namun, pembubuhan lagi pada ungkapan semacam itu membuatnya lewah. Makna ‘amat sangat’ sudah terkandung dalam kata banget. Maka, sebetulnya, kata lagi tidak dibutuhkan. Apabila banget dan lagi dipertahankan, sebuah kalimat dapat berbunyi Gue laper banget amat sangat. Mubazir, bukan?
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin