Semalam, saya berkumpul dengan teman-teman dalam konferensi video. Kita tahu, pada situasi yang sulit seperti ini, berbincang dengan orang-orang terdekat bisa menjadi pelipur bagi rasa bosan. Kami, sekitar berdelapan, berbagi cerita, melemparkan tawa, dan bermain TTS daring yang dibagikan pada layar.

Sebelumnya, di dunia nyata, kami tidak pernah sekali pun bermain TTS bersama-sama. Biasanya kami akan membicarakan topik-topik yang berseliweran dalam media sosial, mengomentari kebijakan para pemuka, atau mendengarkan lagu bersisian. Namun, entah mengapa, baris-baris menurun dan mendatar pada malam itu bisa mengobati kerinduan saya. 

Ada satu baris melintang yang membuat kami berpikir keras. Seperti TTS pada umumnya, baris tersebut meminta kami untuk menuliskan sinonim. Kali ini, persoalannya adalah kata halaman yang dimulai dari huruf s. Yang ada di kepala saya, ya, tentu selasar. Begitu kami isi, ternyata jawabannya salah. Kami revisi. Kata serambi terbubuhkan. Salah juga.

Satu teman saya mulai bercelatuk, “Ini lulusan sastra Indonesia nggak bisa jawab, nih?” Saya tidak menggubris protesnya lantaran saya sibuk, penasaran dengan sinonim kata halaman. Pada akhirnya, kami putus asa dan mencari kunci jawaban. Sinonim halaman yang dimaksud oleh si pembuat TTS itu adalah sahifah, sebuah kata yang diserap dari bahasa Arab.

Barangkali, kita sudah tahu banyak istilah-istilah keagamaan yang dipungut dari bahasa Arab. Salat, halal, dan berkah, misalnya, diserap dari bahasa Arab. Kita bisa berfirasat secara sekilas bahwa sebagian besar istilah dalam agama Islam berasal dari bahasa Arab. 

Dalam “Sumbangsih Bahasa Arab terhadap Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pengembangan Bahasa dan Budaya” (2014), Nur menyiratkan, sumbangsih bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia tidak hanya menyangkut peristilahan keagamaan. Bahasa Arab pun mendonorkan sederet kosakata yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan umum dan kebudayaan. Kata rakyat, makalah, dan hakim, contohnya, diserap dari bahasa Arab. Ada pula pungutan dari bahasa Arab yang mengalami perubahan makna, seperti ijāzah, kalimah, dan ziyārah yang aslinya memaknai ‘hiburan’, ‘kata’, dan ‘berkunjung (umum)’. 

Contoh-contoh kata di atas sudah sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin, beberapa dari kita belum sadar bahwa mereka diadopsi dari bahasa Arab. Namun, sahifah, kata tersebut baru pertama kali saya dengar. Saya jadi bertanya-bertanya, kata apa lagi yang tidak saya ketahui dan berasal dari bahasa Arab? Saya lantas menelusuri kamus dan menyisir kata-kata berbahasa Arab di dalam kamus. Di luar sahifah, saya baru mendengar kosakata seperti karim, salwa, dan taufah. Apabila ditelusuri, barangkali banyak kata-kata berakar bahasa Arab yang belum kita ketahui dalam bahasa Indonesia.

Tidak pernah terbayangkan, bermain TTS bisa membuat kami bertahan dalam ruangan virtual sampai tengah malam. Saya jadi sadar satu hal, selain dengan rajin membaca dan giat membuka tesaurus, TTS bisa menjadi pintu masuk kita untuk mempelajari kosakata baru. Tidak heran jika kakek dan nenek kita bisa menguasai begitu banyak kosakata.

#bahasaarab #bahasaindonesia

 

Rujukan:

  • Nur, Tajudin. 2014. “Sumbangsih Bahasa Arab terhadap Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pengembangan Bahasa dan Budaya”. Dalam Jurnal Humaniora, Volume 26, Nomor 2, Juni, hlm. 235–243. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
  • Qodratillah, Meity Taqdir. 2016. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Tata Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin