
Asal-usul Kata “Lebaran”
Idulfitri sudah di depan mata. Hampir sama seperti tahun lalu, banyak perayaan Idulfitri yang diadakan secara daring. Panggilan video dan berkirim parsel telah menjadi solusi bagi sebagian orang untuk menjalin silaturahmi jarak jauh.
Dalam bahasa Indonesia, kata Idulfitri sering disubstitusikan dengan Lebaran. Keduanya saling bersinonim. Idulfitri diserap dari bahasa Arab. Pertanyaan berikutnya, bagaimana asal-usul kata Lebaran?
Seorang sastrawan angkatan 1960-an, M.A. Salmun, berpendapat bahwa kata Lebaran berasal dari tradisi agama Hindu. Artinya adalah ‘selesai’, ‘usai’, atau ‘habis’. Ada dugaan kuat bahwa wali sanga turut memarakkan penggunaan kata tersebut sebagai tablig.
Akan tetapi, Bakhrul Amal dalam “Lebaran dalam Bahasa Kita” menuliskan bahwa Mustofa Bisri atau Gus Mus pernah berpendapat kalau lebaran diambil dari kata laburan. Dugaan ini berkaitan dengan tradisi mengecat rumah, melabur, yang dilakukan oleh kepala keluarga dalam menyambut Idulfitri.
Di lain sisi, K.H. Mukhtar pernah berujar bahwa Lebaran berkaitan dengan kata leburan yang dalam bahasa Jawa berarti ‘menyatukan’. Makna itu memiliki muatan filosofis, yaitu setelah Ramadan, umat Muslim diharapkan mampu meleburkan diri dengan sifat-sifat Tuhan.
Anggapan lain mengenai sejarah kata Lebaran muncul dari sebagian orang Jawa. Mereka menganggap, lebaran berasal dari wis bar yang berarti ‘sudah selesai’. Wis mengartikan ‘sudah’ atau ‘telah’, sedangkan bar diambil dari kata lebar yang dalam bahasa Jawa berarti ‘selesai’. Sementara itu, di tanah Betawi, Lebaran dianggap berasal dari kata lebar yang mencerminkan kelapangan atau kelegaan hati setelah menuntaskan ibadah berpuasa.
Agaknya memang sulit untuk melacak asal-usul kata Lebaran. Namun, saya tertambat pada pendapat Salmun. Hal ini diperkuat dengan pandangan J.J. Rizal, seorang sejarawan, yang menelusuri etimologi Lebaran dengan mengutip pakar sastra Jawa kuno bernama Poerbatjaraka. Menurut beliau, Lebaran bersinggungan erat dengan kata puasa yang berasal dari Sansekerta. Pada zaman pra-Islam, Lebaran adalah sebuah upacara yang diadakan setelah empat puluh hari berpuasa.
Rujukan:
- Alsair, Ahmad. Hidayat. 2019. “Ternyata Ini Asal Usul Kata ‘Mudik’ dan ‘Lebaran’”. Diakses pada 10 Mei 2021.
- Amal, Bakhrul. 2017. “Lebaran dalam Bahasa Kita”. Diakses pada 10 Mei 2021.
- Burhani, Ruslan. 2014. “Tahukah Anda asal-usul kata ’lebaran’?”. Diakses pada 10 Mei 2021.
- Nancy, Yonanda. 2021. “Asal Usul Kata Lebaran & Kenapa Mudik Lebaran 2021 Dilarang?”. Diakses pada 10 Mei 2021.
- Rizal, J. J. 2006. “Menemukan Makna Tradisi Lebaran”. Majalah Tempo, Oktober, Jakarta.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam
- Kiat Lancar Berbicara di Depan Umum ala Suci Patia
- Tanggung Jawab Besar Staf Admin Kantor Perwakilan BEI