Swasunting, Mengapa Penting?

oleh Yudhistira
swasunting

Proses menyunting atau mengedit adalah salah satu tahapan yang paling krusial sebelum tulisan diterbitkan. Biasanya, proses menyunting memang dikerjakan oleh seorang editor atau penyunting. Namun, agar tidak menyusahkan penyunting, ada baiknya kita meninjau suntingan dan melakukan swasunting.

Apa itu swasunting? Swasunting atau biasa kita kenal dengan istilah self-editing merupakan proses mandiri yang dilakukan oleh penulis untuk memperbaiki karya tulisnya. Dengan melakukan swasunting, kita sebagai penulis berupaya meminimalkan kesalahan yang terdapat dalam tulisan sendiri. Selain itu, swasunting juga dapat meningkatkan kualitas tulisan dan kredibilitas kita sebagai penulis. Jika mengutip tulisan Blake Atwood yang berjudul “Self-Editing Basics: 10 Simple Ways to Edit Your Own Book”, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar swasunting bisa terlaksana dengan efektif.

Pertama, istirahatkan tulisan. Kita cenderung langsung memberikan tulisan kepada editor setelah menulis. Hindari itu. Istirahatkan tulisan selama beberapa jam, bahkan mungkin satu atau dua hari. Metode ini dilakukan agar kita lupa dengan apa yang kita tulis sehingga ketika kita membacanya kembali, karya tersebut terkesan dikerjakan oleh orang lain. Dengan begitu, kita bisa lebih tega merombak tulisan, lebih mudah mendeteksi kesalahan, lebih peka terhadap alur tulisan yang belum enak dibaca, dan mampu memperbaiki kekurangan-kekurangan lainnya.

Setelah itu, kita bisa meminta bantuan teman untuk membaca tulisan kita. Ingat, betapa pun andalnya kita dalam menulis, kita tetap membutuhkan “mata kedua”. Respons serta masukan dari orang lain terhadap tulisan kita sangat patut untuk dipertimbangkan.

Selain cara-cara di atas, kita sebagai penulis sebaiknya tidak lupa untuk membuka kamus serta pedoman kebahasaan lainnya. Biasanya, kita menulis begitu cepat tanpa memedulikan kaidah-kaidah tertentu. Pasti ada saja yang terlewat. Oleh karena itu, dalam tahap swasunting, biasakan untuk mengecek KBBI dan EYD guna memastikan bahwa segalanya telah tertata dengan rapi. 

Penyuntingan tulisan memang tugas editor, tetapi alangkah baiknya apabila kita sebagai penulis juga memiliki sikap awas dan peka terhadap tulisan sendiri. Ada tiga kemungkinan buruk apabila tulisan kita berantakan ketika sampai di tangan editor. Pertama, bukan tidak mungkin kita dicap sebagai penulis yang teledor. Kedua, kita diminta untuk merombaknya besar-besaran. Tentu hal tersebut menambah pekerjaan dan memakan waktu. Ketiga, editor akan merevisinya langsung dan gagasan-gagasan kita bakal dipangkas bahkan diubah. Ingat, itu karyamu, anak kandungmu. Jangan biarkan penyunting mengubrak-abrik tulisan karena kelalaian kita sendiri.

 

Rujukan:  Atwood, B. 2020. “Self-Editing Basics: 10 Simple Ways to Edit Your Own Book”. Diakses pada 12 Oktober 2020.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Dessy Irawan

 

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar