Tolong keluarin saya dong. Saya enggak biasa keluar sendiri.

Apa yang terlintas dalam benak Kerabat Nara ketika membaca kalimat tersebut? Ujaran di atas adalah sebuah pesan. Penuturnya sedang berbicara kepada orang lain. Kemudian, seorang petutur menjawab, “Ih, udah mau keluar masih aja nyusahin, ya.”

Ke mana pikiran Kerabat Nara bergerak? Apakah menuju suatu pemaknaan yang “nakal”? Jika iya, itu berarti kedua peserta tutur di atas telah berhasil memanfaatkan ambiguitas untuk keperluan komedi.

Percakapan tersebut terjadi di dalam grup WhatsApp. Penutur hendak keluar dari grup sebab dia sudah tidak memiliki kepentingan di situ. Namun, penutur itu merasa tidak enak hati untuk keluar dari grup apabila tidak ada orang lain yang mendepaknya. Kita bisa lihat, kata keluarin dan keluar dalam ujaran di atas betul-betul memiliki tafsir ganda.

Ternyata, ambiguitas atau ketaksaan ini sering sekali dimanfaatkan oleh para pelawak. Salah satu fungsi ambiguitas adalah untuk menciptakan hiburan. David Crystal, seorang ahli bahasa asal Inggris, dalam Pawestri dan Wongwattana (2018) berpendapat bahwa ambiguitas mampu menunjukkan kelucuan dalam kata atau kalimat yang mengekspresikan lebih dari satu makna.

Salah satu pelawak favorit saya yang sering melucu dengan memanfaatkan ambiguitas adalah Cak Lontong. Pada 2018, Arafat melakukan penelitian berjudul “Dekonstruksi Simbolik pada Wacana Humor Waktu Indonesia Bercanda (Kajian Pragmasemantik)”. Arafat mengutip lawakan Cak Lontong yang mencirikan ambiguitas. Berikut saya kutipkan.

Cak Lontong: Kita akan membahas ciri-ciri orang yang bersih. Sebenarnya, ada banyak … tapi yang saya jelaskan ini yang krusialnya saja ya. Yang pertama, orang yang suka bersih itu tubuhnya jarang dirawat.

Akbar: Kebalik! Kebalik!

Akbar: Setiap hari dirawat, Pak.

Cak Lontong: Loh, loh, gini loh. Orang yang suka bersih jarang dirawat karena kalo dia suka bersih, otomatis dia jauh dari sakit. Sehat terus. Makanya jarang dirawat karena dia sehat.

Dari dialog di atas, kita bisa melihat Cak Lontong yang memanfaatkan ambiguitas pada kata dirawat.

Apakah ada pelawak lain yang suka memanfaatkan ambiguitas? Tentu saja banyak, tetapi Bintang Emon merupakan salah satu favorit saya. Pada saat berlaga, Bintang pernah menyuguhkan sebuah materi tentang Reza Bukan, seorang pembawa acara.

Headline beritanya gini, “Reza Bukan Ditangkap oleh Polisi”. Ya, ‘kan, yang enggak tau intonasi, salah baca dong. “Reza Bukan Ditangkap oleh Polisi?” Dia ditangkep siapa? Kiper?

Selama ini saya sadar bahwa ambiguitas merupakan sesuatu yang harus dihindari. Kita tahu bahwa kalimat yang ambigu bisa mengantarkan pembaca pada pemahaman yang tidak kita harapkan. Namun, ambiguitas ternyata menjadi salah satu teknik yang penting dalam ranah komedi. Tidak jarang pula, ambiguitas dalam komedi adalah tameng para pelawak untuk mengkritik kebijakan negara yang sewenang-wenang.

#ambigu #ambiguitas #komedi

Rujukan:

  • Arafat, Agel Syauqi. 2018. “Dekonstruksi Simbolik pada Wacana Humor Waktu Indonesia Bercanda (Kajian Pragmasemantik)”. Dalam Jurnal Sapala, Volume 5, Nomor 1. Surabaya: UNESA.
  • Nordquist, Richard. 2019. “Syntactic Ambiguity”. Diakses pada 6 Juli 2021.
  • Pawestri dan Wongwattana. 2018. “Ambiguity in Indonesian Jokes on the Instagram  ‘Dagelan’”. Dalam Journal of Physics: Conference Series, Volume 1028, 2nd International Conference on Statistics, Mathematics, Teaching, and Research 2017 9–10 October 2017. Makassar: IOP Publishing Ltd.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin