Sebagaimana pernah saya tuliskan sebelumnya, makna kata dapat berubah-ubah. Kata aman, misalnya, berubah maknanya pada konteks tertentu ketika menjadi mengamankan. Kata mengamankan dapat bermakna ‘menangkap’ atau ‘menahan’, sebuah penghalusan makna atau eufemisme.

Perubahan, peluasan, atau penyempitan makna kata adalah gejala kebahasaan yang terus terjadi. Kontribusi istilah dari bidang lain, inisiatif untuk menghindari ketabuan, pertukaran respons indra (sinestesia), dan asosiasi bisa mengubah sebuah makna kata. Buktinya, jika kita telusuri, tidak ada unsur ‘tangkap’ atau ‘tahan’ dalam kata dasar aman.

Saya kira, mengamankan yang merupakan turunan dari aman tidak akan memiliki makna lain, setidaknya dalam waktu yang lama. Namun, perkiraan tersebut luluh lantak ketika mulut ini turut mengucapkan Aman aja. Saya yakin sebagian Kerabat Nara juga pernah mengutarakannya.

Lauren Karina, seorang pengajar dan kreator konten bahasa, mengunggah video edukasi yang menarik pada platform Instagram. Dalam video tersebut, beliau menggambarkan perkembangan kata aman yang telah berdiri sebagai bahasa prokem, yaitu ragam nonstandar bahasa Indonesia.

1.a Kalo kita ketemu besok, aman?

1.b If we meet tomorrow, (does it) sounds good?

2.a Gimana kerjaannya? Butuh bantuan?

2.b Aman aja (All good).

Coba perhatikan. Kata aman yang secara literal mengartikan ‘safe’ bisa memaknai ‘sounds good’ atau ‘all good’. Perubahan ini dapat dikategorikan sebagai bentuk peluasan makna. Aman, atau lebih tepatnya aman aja, kini mengandung makna khusus. Namun, selain itu, bisa jadi juga perubahan tersebut terjadi karena asosiasi. Untuk yang terakhir ini, perlu kita telusuri makna kata aman pada KBBI. Salah satunya adalah ‘bebas dari gangguan’ yang dapat mewakili makna ‘all good’.

 

Rujukan:

  • Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Muis, dkk. 2010. Perluasan Makna Kata dan Istilah dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

 

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin