Bagi mereka yang berkecimpung atau berprofesi di dunia penulisan, penggunaan di adalah pengetahuan awal. Ketika seorang wartawan atau penulis artikel, misalnya, menuliskan “disini”, “di makan”, bahkan “di mandikan”, saya bisa-bisa langsung berhenti membaca dan beralih ke tulisan lain. Bahkan, meskipun pengarang karya fiksi memiliki lisensi puitis untuk melanggar kaidah bahasa demi mencapai estetika tertentu, saya rasa, penulis yang bersangkutan juga mesti mengetahui cara-cara menggunakan di.
Dalam bahasa Indonesia, penulisan di bisa disambung atau dipisah. Di memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai imbuhan atau afiks, penulisan di- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Biasanya, afiks di- mencerminkan pembentukan kata kerja (verba). Contohnya sebagai berikut.
- Ayam itu dimasak oleh ibu.
- Aku diminta Ayah untuk menghadiri pameran nanti malam.
- Pak Kades dibayar oleh pengusaha sawit untuk membantu pembukaan lahan.
Sebagai catatan, di- sebagai imbuhan awal disebut juga sebagai afiks yang menunjukkan bentuk pasif dari verba aktif.
- dimasak → memasak
- diminta → meminta
- dibayar → membayar
Lalu, pada fungsi yang kedua, di tergolong ke dalam salah satu jenis kata tugas, yakni preposisi (kata depan), tepatnya preposisi tunggal yang hanya terdiri atas satu kata bersama ke, dari, dan pada. Di sini, penulisan di sebagai kata depan yang berfungsi untuk menyatakan keterangan tempat harus dipisah.
- Adik menaruh bukunya di atas lemari.
- Ia kehilangan ponselnya di pasar malam.
- Kami memilih untuk menetap di Malang sejak kejadian itu.
Ciri lainnya, penulisan di sebagai kata depan dapat diganti dengan ke atau dari yang juga menunjukkan tempat dan biasanya tidak dapat diubah menjadi kata kerja aktif.
- di sana → ke sana
- di balik pintu → ke balik pintu
Cara sederhana untuk mengingat dua jenis di adalah mengetahui fungsinya: berdiri sebagai kata depan atau imbuhan. Hati-hati, jangan terkecoh dengan kata dikesampingkan. Sekilas, dikesampingkan memang memiliki unsur penanda arah. Akan tetapi, jika kita cermati lebih jauh, dikesampingkan adalah bentuk pasif dari mengesampingkan (sebuah proses atau aktivitas).
Barangkali, di sering diremehkan karena hanya terdiri atas dua huruf. Akan tetapi, buat saya, ini adalah hal kecil yang mendasar. Baik dirangkai maupun dipisah, penulisan di bisa mencerminkan ketelitian, pengalaman, bahkan reputasi seorang penulis dan editor.
Rujukan:
- Kumala, Aprilia. 2018. “Penulisan Di dan Pun: Harusnya Dipisah atau Digabung, Sih?”. Diakses pada 7 Oktober 2020.
- Moeliono, Anton. M dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
2 komentar
Terima kasih banyak atas penjelasan yang sangat jelas dan membantu mengenai penggunaan ejaan “dipisah” dan “disambung”! Artikel ini disusun dengan sistematis, lengkap dengan contoh-contoh praktis yang memudahkan pembaca memahami tata cara yang benar. Penjelasan ringkas dan padat seperti ini sangat berguna untuk siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia—sangat direkomendasikan! 😊
Terima kasih kepada Narabahasa atas artikel yang sangat informatif ini! Penjelasan mengenai penggunaan “di” sebagai imbuhan dan preposisi sangat membantu dalam memahami kaidah penulisan yang benar dalam bahasa Indonesia. Contoh-contoh yang diberikan memudahkan pembaca untuk membedakan kapan “di” harus disambung atau dipisah. Artikel ini sangat bermanfaat bagi penulis, editor, dan siapa saja yang ingin meningkatkan ketelitian dalam berbahasa. Sukses selalu untuk tim Narabahasa dalam menyajikan konten edukatif berkualitas!