Sebelumnya, saya sudah menjelaskan cara memperluas kalimat dengan aposisi. Kali ini, kita akan mengenali teknik lain dalam memperluas kalimat, yaitu suplementasi.
Suplementasi merupakan unsur yang dibubuhkan oleh penulis atau pembicara dengan maksud memberikan keterangan tambahan pada pokok kalimat. Sama halnya dengan aposisi, suplementasi dapat ditandai dengan tanda koma, tanda pisah, atau tanda kurung. Akan tetapi, apabila aposisi—pada umumnya—mewatasi frasa, suplementasi mewatasi klausa. Contoh suplementasi dapat dilihat pada kalimat berikut ini:
“Program penyaringan karyawan Bank Indonesia Tahap I, diikuti oleh ratusan ribu lebih peserta dari seluruh Indonesia, telah memilih dua puluh orang untuk mengikuti tahapan selanjutnya.”
Secara struktural, suplementasi berada di luar pola kalimat inti. Dalam contoh di atas, klausa “diikuti oleh ratusan ribu lebih peserta dari seluruh Indonesia” merupakan suplementasi dan dapat dihilangkan dari struktur kalimat tanpa mengubah keutuhan makna. Namun, perlu diketahui, secara semantik, suplementasi berkaitan dengan salah satu bagian kalimat inti. Suplementasi di atas memberikan keterangan tambahan untuk klausa “program penyaringan karyawan Bank Indonesia Tahap I”. Dengan demikian, informasi yang kita sajikan dapat terpapar lebih jelas.
Ada dua jenis suplementasi, yakni interpolasi dan lampiran. Perhatikan contoh berikut.
- Otto Iskandar Dinata (terkenal dengan julukan Si Jalak Harupat) menjadi salah satu tokoh yang berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
- Hingga akhir 2020, virus Corona masih banyak menelan korban—dan kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir.
Contoh satu merupakan interpolasi, yaitu suplementasi yang diletakkan di tengah kalimat. Sementara itu, contoh dua memanfaatkan lampiran atau suplementasi yang berposisi di akhir kalimat.
Rujukan: Moeliono, Anton. M dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin