Dalam bukunya yang berjudul Leksikologi dan Leksikografi Indonesia, Chaer (2007) menyatakan bahwa relasi makna kesamaan atau sinonimi terjadi antara dua kata atau lebih yang mempunyai kesamaan makna. Misalnya, kata ayah dan bapak adalah dua kata yang bersinonim karena makna keduanya sama, yakni ‘orang tua laki-laki’. Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata yang bersinonim. Namun, jika diperhatikan dengan saksama, makna pada kata-kata tersebut tidak sepenuhnya sama. Apabila diibaratkan seperti manusia, sinonimi sesungguhnya adalah anak kembar yang tidak selalu identik. Hal ini karena dalam beberapa kondisi kata-kata yang bersinonim tersebut tidak dapat saling bersubstitusi.
Kembar yang Tak Selalu Identik
Menurut Chaer, kesinoniman identik atau mutlak sejauh ini belum ditemukan dalam kosakata bahasa Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kata-kata yang dapat dipertukarkan begitu saja jarang ditemukan, bahkan nyaris tidak ada. Pada suatu kondisi, misalnya, kita dapat menukar kata mati dengan meninggal, tetapi kita tidak dapat menukarnya pada kondisi yang lain. Begitu juga, jika pada suatu kondisi kata bunga dapat ditukar dengan kembang, pada kondisi yang lain hal itu tidak dapat dilakukan.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan ketidakmungkinan untuk menukarkan dua kata yang bersinonimi secara mutlak, yang di antaranya adalah sebagai berikut.
- Faktor Waktu
Kata-kata yang bersinonim itu merupakan kosakata dari kurun waktu yang berbeda. Misalnya, kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun, kata hulubalang berasal dari zaman lampau dan hanya cocok digunakan untuk kondisi yang bersifat klasik. Sementara itu, untuk zaman sekarang, kata komandan lebih lazim karena banyak digunakan dalam berbagai hal.
- Faktor Tempat
Kata-kata yang bersinonim itu berasal dari tempat yang berbeda. Misalnya, kata beta bersinonim dengan kata gue. Namun, kata beta biasanya digunakan oleh masyarakat Indonesia Timur (Maluku), sedangkan kata gue biasanya digunakan oleh masyarakat ibu kota dan sekitarnya.
- Faktor Sosial Budaya
Kata-kata yang bersinonim itu berasal dari tingkatan sosial budaya masyarakat yang berbeda. Misalnya, kata aku dan saya adalah dua kata yang bersinonim. Namun, kata aku biasanya hanya dapat digunakan pada lawan bicara yang sederajat atau tingkat sosialnya lebih rendah. Kata saya dapat digunakan terhadap siapa saja. Begitu juga dengan kata wafat, mati, tewas, dan gugur; serta antara kata istri dan bini.
- Faktor Bidang Kegiatan
Kata-kata yang bersinonim itu berasal dari kegiatan yang berbeda. Misalnya, kata matahari dan surya adalah dua kata yang bersinonim. Akan tetapi, kata matahari dapat digunakan dalam bidang apa saja, sedangkan kata surya hanya lazim digunakan dalam bidang kesusastraan.
- Faktor Nuansa Makna
Selain memiliki kesamaan makna, kata-kata yang bersinonim itu juga memiliki perbedaan-perbedaan makna tertentu. Misalnya, kata bekas dan mantan adalah dua kata yang bersinonim. Akan tetapi, kata bekas cocok digunakan untuk hal-hal yang pernah mengalami sesuatu, sedangkan kata mantan hanya cocok untuk orang yang pernah menjabat suatu tugas—misalnya saja, mantan pacar yang berarti ia pernah menjabat sebagai kekasih Kerabat Nara. Ups.
Contoh lainnya ialah kata melihat, melirik, menonton, menatap, mengintip, dan melotot yang merupakan enam kata yang saling bersinonim. Namun, keenamnya sesungguhnya memiliki nuansa makna yang berbeda sehingga penggunaannya harus sesuai dengan nuansa makna masing-masing.
Cara Menentukan Sinonimi
Chaer mengatakan bahwa setidaknya terdapat lima kaidah yang perlu diperhatikan untuk menentukan dua kata saling bersinonim atau tidak. Lima kaidah tersebut adalah sebagai berikut.
- Ada bentuk yang diutamakan untuk dijadikan istilah, yakni bentuk yang paling sesuai dengan prinsip pembentukan istilah dan pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Bentuk Bersinonim | Bentuk yang Dipilih |
tanggalan; kalender melandas; mendarat partikel; zarah | kalender mendaratpartikel |
- Ada bentuk istilah yang diizinkan memiliki dua bentuk: yang satu dari kosakata bahasa Indonesia dan yang lainnya dari serapan bahasa asing. Contoh:
Bahasa Asing | Bahasa Indonesia |
comparative silviside | komparatif; perbandingan silvisida; racun pohon |
- Ada bentuk istilah yang harus dijauhkan karena pembentukannya menyalahi aturan penamaan dan pengistilahan dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Istilah Asal | Istilah Pengganti |
zat lemas zat asam ilmu jiwa ilmu pasti | nitrogen oksigen psikologi matematika |
- Apabila terdapat istilah asing yang bersinonim, kita harus menerjemahkan atau menyerapnya dengan satu istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Bahasa Asing | Bahasa Indonesia |
damp air; moist air auditory area; auditory center | udara lembap pusat syaraf pendengaran |
- Apabila terdapat istilah asing yang maknanya mirip, harus diusahakan adanya istilah dalam bahasa Indonesia yang berlainan. Contoh:
Bahasa Asing | Bahasa Indonesia |
collection group set | kumpulan kelompok gugus |
Pada akhirnya, penggunaan sinonim harus selalu menyesuaikan dengan konteksnya. Layaknya penggunaan sinonim untuk kata istri dan bini, penggunaan sinonim untuk kata kamu dan sayang pun harus sesuai dengan konteksnya, ‘kan?
Rujukan:
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Penulis: Shafira Deiktya Emte
Penyunting: Ivan Lanin