Verba Dasar dan Turunan
Verba adalah kelas kata yang memiliki fungsi utama sebagai predikat. Barangkali, kita pun sudah tahu bahwa verba disebut juga kata kerja. Namun, apakah Kerabat Nara sudah pernah mendengar penggolongan verba berdasarkan bentuknya?
Verba Dasar
Sebelum mengalami proses morfologis, verba disebut sebagai verba dasar. Kridalaksana (2005) menuliskan bahwa verba dasar merupakan morfem dasar bebas. Verba dasar dapat diklasifikasikan kembali menjadi verba dasar bebas dan verba dasar terikat. Berikut adalah tiga contoh kalimat yang memiliki verba dasar bebas.
- Saya tinggal di kota Bandung.
- Apakah pemaparan dari beliau sudah kamu simak dengan baik?
- Bagaimanapun, saya tetap cinta kepadanya!
Tinggal, simak, dan cinta merupakan verba dasar. Contoh lain verba dasar yang sering kita gunakan adalah ada, bangkit, bangun, duduk, hadir, jadi, pergi, makan, dan minum.
Sementara itu, verba yang telah mengalami proses morfologis disebut verba dasar terikat. Bahkan, Moeliono dkk. (2017) menuliskan bahwa kata tersebut baru bisa digolongkan sebagai verba setelah mengalami afiksasi.
- Saya menganjurkan kamu untuk meninggalkan Jakarta sesegera mungkin.
- Andi beranjak pergi dengan air mata.
- Kakak yang masih menganggur belum bisa membiayai perjalanan Andi.
Bentuk verba dasar terikat pada ketiga contoh di atas adalah anjur, anjak, dan anggur. Contoh lain verba dasar terikat adalah bincang, lamun, sasar, rundung, idam, dan jelma.
Verba Turunan
Kata-kata yang termasuk dalam verba turunan pada mulanya tidak tergolong ke dalam kategori kata kerja. Kata layar, misalnya, yang berdiri sebagai nomina dapat diturunkan menjadi verba melalui proses afiksasi sehingga membentuk verba berlayar. Contoh lainnya adalah kuning sebagai adjektiva yang berubah menjadi verba menguning.
Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa verba turunan turut memuat daftar kata yang sudah tergolong ke dalam kata kerja dan mengalami reduplikasi, seperti berakit-rakit, menjadi-jadi, dan terseok-seok. Selain itu, verba turunan pun terbentuk melalui pemajemukan atau pengompositan, seperti menghancurleburkan dan membumihanguskan.
Rujukan:
- Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
- Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian