Idiom “Pilihan Ganda”

oleh Yudhistira
Ilustrasi Idiom “Pilihan Ganda”

Pilihan ganda sering kita jumpai pada masa sekolah. Biasanya, pada ulangan atau ujian akhir, soal-soal berupa pilihan ganda adalah gerbang pertama yang perlu dilewati sebelum murid menjamah soal-soal penyelesaian masalah atau uraian. Namun, pernahkah kita terpikir apa makna dari pilihan ganda itu sendiri? Apakah proses peleburan keduanya membentuk sebuah frasa atau justru mereka merupakan hasil pemajemukan?

Pertama-tama, kita perlu membedakan konsep frasa dengan kata majemuk. Frasa adalah gabungan kata, hasil dari proses sintaksis. Sementara itu, kata majemuk atau komposisi terbentuk dari kompositum atau perpaduan antarleksem, hasil dari proses morfologis. 

Di bawah ini adalah ciri-ciri kompositum sebagai pembentuk kata majemuk yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2010: 104).

1. Ketaktersisipan

Perpaduan leksem tidak boleh disisipi oleh apa pun. Hal ini bisa kita temukan pada kompositum buta warna. Tidak ada sisipan di antara dua kata tersebut. Sementara itu, alat negara adalah frasa yang dapat disisipi preposisi dari sehingga menjadi alat dari negara.

2. Ketakterluasan

Sebagian besar kompositum tidak dapat mengalami perluasan berupa afiksasi. Contohnya adalah buta warna dan bujuk rayu. Namun, apabila hendak diubah menjadi kata majemuk, ada pula kompositum yang harus dibubuhi afiks, seperti bumi hangus yang menjadi membumihanguskan.

3. Ketakterbalikan

Pada ciri ini, urutan komponen dalam kompositum tidak dapat diubah. Bapak ibu, pulang pergi, dan kurang lebih bukanlah kompositum karena urutan komponennya dapat ditukar menjadi ibu bapak, pergi pulang, dan lebih kurang. Mereka adalah frasa. Sebaliknya, arif bijaksana, hutan belantara, dan alih nama adalah kompositum dan urutan komponennya tidak dapat berubah.

Proses pembentukan kata majemuk dapat dilihat melalui bagan berikut.

Kridalaksana lalu mengklasifikasikan kompositum menjadi lima golongan, yakni kompositum subordinatif (tipe A) dengan sembilan belas pola pembentukan, kompositum subordinatif atributif (tipe B) dengan enam belas pola pembentukan, kompositum koordinatif (tipe C) dengan tujuh pola pembentukan, kompositum berproleksem (tipe D) dengan satu pola pembentukan, dan kompositum sintetis (tipe E) dengan dua pola pembentukan.

Menurut saya, ada tiga pola yang berpotensi membentuk pilihan ganda. Meskipun demikian, di dalamnya ada pula ketidakcocokan yang perlu kita cermati. Mari kita periksa satu per satu berdasarkan pada klasifikasi Kridalaksana di atas.

1. Tipe A11

Di sini, kompositum terdiri atas leksem nominal yang diikuti oleh leksem dari kelas lainnya. Leksem kedua dapat dianggap sebagai leksem yang menunjukkan keadaan leksem pertama. Meskipun konstruksi pada tipe ini adalah diterangkan-menerangkan—seperti frasa—kompositum tipe A11 bukanlah frasa sebab keduanya tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi yang.

Contoh-contoh pada tipe A11 mencakup bunga rampai, angin sakal, dan garis bujur dengan perumpamaan bahwa leksem kedua menerangkan leksem pertama atau b menerangkan a. Baik leksem pertama maupun kedua pada tiga contoh tersebut merupakan kata benda. 

Pada pilihan ganda, leksem pertama merupakan nomina. Sementara itu, ganda juga memiliki satu makna nomina, yaitu ‘(tentang hitungan) kali; lipat’ dan makna adjektiva, yakni ‘berbayang (seakan-akan ada dua)’ dan ‘berpasangan (terdiri atas dua); berpasangan dua-dua (dalam bulu tangkis, tenis, dan sebagainya)’. 

Dengan demikian, apabila menggunakan pola A11, berarti ‘kali’; ‘lipat’; ‘berbayang’; ‘berpasangan’, atau ‘berpasang-pasangan’ menerangkan pilihan.

2. Tipe B7

Apabila merujuk pada dua arti adjektiva dari ganda, tipe B7 terasa pas diterapkan untuk membentuk pilihan ganda.

Pada tipe ini, analogi yang digunakan dalam peleburan leksem adalah a secara b. Contoh-contohnya mencakup gagal total, kawin lari, dan kawin paksa. Berarti, dalam pola ini, kita dapat menemukan pilihan secara ganda, pilihan secara berpasangan, atau pilihan secara berpasang-pasangan.

3. Tipe B8

Perumpamaan pada tipe ini adalah a sebanyak b. Contoh kompositum pada tipe B8 mencakup kembar lima, kembar tiga, dan lipat banyak. Berdasarkan contoh tersebut, leksem pertama dapat diduduki oleh leksem nominal (kembar) dan leksem verbal (lipat), sedangkan leksem kedua dapat diisi oleh leksem numeralia atau adjektiva (banyak).

Jika menggunakan pola ini, kita akan berhadapan dengan pemaknaan pilihan sebanyak ganda, pilihan sebanyak berpasangan, atau pilihan sebanyak berpasang-pasangan.

Bagi saya, tipe B7 terasa lebih masuk akal. Tipe A11 terbatas pada leksem nominal. Sementara itu, tipe B8 terbatas pada akhiran numeralia. Pada KBBI V, ganda tidak tergolong ke dalam numeralia.

Pertanyaan berikutnya, apakah pilihan ganda adalah idiom, yakni konstruksi yang membentuk makna baru, lepas dari makna komponen-komponennya? Kita tahu, dalam soal-soal ujian, pilihan ganda nyatanya memuat lebih dari dua pilihan. Kemudian, jika merujuk pada kamus, pilihan ganda berarti ‘pilihan dalam beberapa alternatif’. 

Berdasarkan pemaparan di atas, saya beranggapan bahwa pilihan ganda adalah idiom yang dibentuk melalui pola kompositum B7 dari Kridalaksana.

 

Rujukan:

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar