Perbedaan Klitik dan Afiks

oleh Yudhistira
Ilustrasi Perbedaan Klitik dan Afiks

Sebelumnya, saya pernah menjelaskan sedikit mengenai klitik. Klitik adalah morfem terikat yang dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa. Terdapat dua jenis klitik, yaitu proklitik yang terletak di muka, seperti kugunting dan enklitik yang terletak di belakang, seperti guntingku.

Klitik

Yupita, pada skripsinya “Klitik dalam Bahasa Indonesia”, mengupas penggunaan klitik secara komprehensif. Pada umumnya, proklitik ku- dan kau- melekat pada bentuk dasar nominal dan verbal yang dapat diawali dengan imbuhan di-. Perhatikan contoh berikut.

1. Kata Benda

a. Dia sudah dihukum.

b. Dia sudah kuhukum.

c. Dia sudah kauhukum.

2. Kata Kerja

a. Lagu itu dinyanyikan dengan bagus.

b. Lagu itu kunyanyikan dengan bagus.

c. Lagu itu kaunyanyikan dengan bagus.

Sementara itu, enklitik -ku, -mu, dan -nya dapat melekat pada verba aktif transitif; verba sesampai dan setiba; adverbia seingat dan setahu; adjektiva sesuka dan semampu; kata tugas bagi, buat, untuk, pada, kepada, oleh, dari, dengan, tentang, seperti, bersama, dan beserta; serta kata benda. Perhatikan contoh-contoh berikut.

1. Kata Kerja Aktif Transitif

a. Ibu mengajarkanku banyak hal.

b. Ibu mengajarkanmu banyak hal.

c. Ibu mengajarkannya banyak hal.

2. Kata Kerja Sesampai dan Setiba

a. Sesampaiku di rumah, masakan Bapak harum menguar.

b. Setibanya di rumah, dia kelaparan.

3. Adverbia Seingat dan Setahu

a. Seingatmu, apakah rencanaku pernah gagal?

b. Setahuku, dia orang yang temperamental.

4. Adjektiva Sesuka dan Semampu

a. Kamu selalu bertindak sesukamu.

b. Aku akan berusaha semampuku.

5. Kata Tugas

a. Bagiku/buatku/untukku, kamu adalah segalanya.

b. Padamu negeri.

c. Aku cinta kepadamu.

d. Olehnya, anak itu dihajar habis-habisan.

e. Ini hadiah spesial dariku.

f. Denganmu/bersamamu/besertamu, aku merasa tenang.

g. Lagu ini tentangmu.

6. Kata Benda

a. Mobilnya

b. Sepatuku

c. Bukumu

Perlu diketahui pula, enklitik -nya dapat melekat pada kata kerja yang diawali di-, seperti diangkatnya, diberikannya, dan dibawakannya. 

Sementara itu, bentuk -nda juga tergolong ke dalam jenis enklitik. Penggunaannya sering kita temui dalam kata ibunda, ayahanda, adinda, ananda, dan kakanda.

Jenis klitik lain yang dipaparkan oleh Moeliono dkk. adalah klitik numeralia seperti eka-, panca-, catur-, dwi-, multi-, dan dasa-.

Afiks

Afiks atau imbuhan adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Kridalaksana (2010: 28) menggolongkan afiks menjadi lima sebagai berikut.

  1. Prefiks, yakni afiks yang terletak di awal dasar, seperti me-, di-, dan ber.
  2. Infiks, yakni afiks yang terletak di dalam dasar, seperti -el- pada geletar dan -em- pada gemetar.
  3. Sufiks, yakni afiks yang terletak di belakang dasar, seperti -an, -i, dan -kan.
  4. Simulfiks, yakni afiks yang diwujudkan melalui nasalisasi fonem pertama pada bentuk dasar. Fungsinya adalah untuk membentuk verba atau memverbalkan nomina, adjektiva, atau kelas kata lain. Contoh simulfiks sering kita temui dalam bahasa nonformal, seperti kopi – ngopi, soto – nyoto, dan kebut – ngebut.
  5. Konfiks, yaitu afiks yang terletak di awal dan akhir dasar, seperti ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an.

Perbedaan Klitik dan Afiks

Menurut pemaparan Ramlan (2019), perbedaan klitik dan afiks terletak pada pemaknaan. Klitik memiliki arti leksikal dan gramatikal. Secara leksikal, -ku bertalian dengan aku, -mu dan kau- bertalian dengan kamu, serta -nya bertalian dengan ia. Kemudian secara gramatikal, apabila ku- melekat pada verba, kulihat misalnya, ia mengindikasikan makna ‘pelaku’. Sementara itu, apabila -ku melekat pada kata benda, misalnya mobilku, ia mampu menunjukkan makna ‘pemilik’. 

Hal ini jelas berbeda dengan afiks yang hanya memiliki arti gramatikal dan baru dapat bermakna ketika ia melekat pada kata yang lain. Kita tidak mengetahui makna me-, ber-, dan di- apabila ketiganya tidak menempel pada bentuk yang lain.

 

Rujukan:

  • Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • ___________________. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
  • Ramlan. 2019. Morfologi; Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
  • Yupita. 2011. “Klitik dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi. Fakultas Sastra, Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar