Sebelumnya, saya sudah menceritakan pengalaman saya dalam memperkaya perbendaharaan diksi. Setiap kali saya menemukan kosakata yang tidak saya ketahui artinya, saya akan membuka kamus dan mencatat artinya di buku harian. Berdasarkan catatan tersebut, saya lalu memilih tujuh kosakata yang menurut saya indah. 

  • Buncah

Barangkali “buncah” tidak begitu asing terdengar. Kita sering menemukan kata ini dalam karya sastra. “Buncah” adalah kata sifat yang mengartikan ‘keruh (tentang air) dan gelisah serta kacau (tentang hati dan pikiran)’. Bagi saya, kata ini memiliki kesan yang muram namun lebih bijaksana dibanding “kacau”. Contoh: “Sejak ditinggal sang kekasih, hati saya membuncah tidak keruan.” 

  • Rekah

Kata kedua favorit saya adalah “rekah”. Untuk menggunakannya, kita perlu mengubahnya menjadi “merekah”, yakni kata kerja yang berarti ‘pecah memanjang dan terbuka (tentang kulit buah-buahan dan sebagainya); retak (tentang tanah); dan mulai mekar (tentang bunga)’. Selain itu, “merekah” juga bisa mengartikan kiasan ‘fajar mulai terbit’.

Saya sering menggunakan “rekah” dan “merekah” untuk menggantikan “mekar”. Rasanya, akhir suku kata –ah dalam “rekah” memiliki kesan yang lebih luas dan membentang, lebih dari akhir suku kata -ar dalam “mekar”.  

  • Cergas

“Cergas” adalah kata sifat yang berarti ‘tangkas dan giat, gesit, dan cekatan’. Alih-alih menggunakan “kompeten” yang buat saya terkesan kaku, saya lebih suka memanfaatkan “cergas”. 

  • Kalis

Secara garis besar, “kalis” berarti bersih. Perhatikan enam lema berikut yang mengartikan kata ini.

  • a suci; bersih; murni
  • a tidak berkilat atau bersinar karena tersaput sesuatu (tentang kaca, barang logam, dan sebagainya)
  • a tidak dapat kena air atau tidak dapat basah (seperti daun keladi)
  • a tidak dapat kena penyakit; kebal (dari penyakit)
  • a tidak dapat dimasuki gas (udara); kedap udara
  • v terhindar (dari bahaya)

Lebih dari itu, “kalis” juga dapat mengartikan ‘elastis jika ditarik dan tidak mudah sobek’ dalam bidang tata boga.

Buat saya pribadi, “kalis” berarti ‘sakti dan memiliki warna putih karena ia bersih, tidak berkilat, kedap air dan udara, kebal dari penyakit, dan jauh dari bahaya’.

  • Sergah

“Sergah” adalah nomina yang berarti ‘kata-kata atau suara yang keras dan mengejutkan’. Sublemanya, “menyergah” adalah verba yang memaknai ‘mengejutkan dengan bersuara keras’ seperti membentak atau menghentakkan kaki.

  • “Jangan banyak bicara!” Serunya.
  • Perbuatanmu sungguh tidak layak!” Ia menyelang kalimatku yang belum selesai. 

Rasanya dalam contoh a, “sergah” bisa menggantikan “seru”. Pun, “menyergah” dapat pula digunakan untuk menggantikan “menyelang” pada contoh kedua. Dari “sergah” dan “menyergah”, saya menangkap kesan yang lebih galak dan lekat dengan contoh sehari-hari.

  • Nisbi

“Nisbi” adalah kata sifat yang artinya ‘hanya terlihat (pasti; terukur) jika dibandingkan dengan yang lain; dapat begini atau begitu; bergantung kepada orang yang memandang; tidak mutlak; relatif’. Buat saya, “nisbi” menggambarkan sesuatu yang pasti, yakni ketidakpastian. Kata ini pula yang selalu berhasil mengingatkan saya bahwa kebenaran adalah perkara perspektif.

  • Berdenyar

Sublema ini berdiri sebagai verba yang berarti ‘bersinar dengan getaran cahaya yang bergerak cepat dan merata’. Buat saya, “berdenyar” mampu menggambarkan sesuatu yang indah namun bersifat sementara. 

Tujuh nomor di atas merupakan tujuh kosakata favorit saya pada tahun ini. Setiap kosakata memiliki kesan yang berbeda-beda. Baik dari segi bunyi dan arti, kosakata dapat membentuk imaji tersendiri di dalam benak penulis. Hal ini tentu akan memudahkan kita untuk menggunakan mereka pada konteks yang sesuai. 

Apa tujuh kosakata favorit Kerabat Nara?

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Dessy Irawan