Kosakata dalam suatu bahasa akan selalu mengalami perkembangan dan pengembangan seiring berjalannya waktu. Perkembangan dan pengembangan sejatinya merupakan dua proses yang berbeda, tetapi menghasilkan keluaran yang sama, yakni kebaruan suatu kosakata. Chaer (2007) dalam bukunya Leksikologi dan Leksikografi Indonesia menjelaskan perbedaan pengertian perkembangan dan pengembangan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Perkembangan merupakan proses yang telah terjadi secara alamiah atau paling tidak tanpa usaha secara sadar. Sementara itu, pengembangan adalah proses yang terjadi secara sadar, terarah, dan bersifat ilmiah.

Pada tulisan bagian pertama ini, saya akan menguraikan perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Pembahasan mengenai pengembangannya akan saya bahas pada bagian kedua.

Kerabat Nara mungkin sudah tidak asing dengan fakta bahwa kosakata bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa itu kemudian berkembang karena adanya kontak dengan beragam penutur bahasa lainnya, baik melalui perdagangan, perkawinan, maupun globalisasi. Kontak dengan bahasa lain, seperti bahasa Sanskerta, Hindi, Tamil, Belanda, Portugis, Arab, Parsi, dan Inggris, memberikan warna baru bagi perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Selain itu, adanya pengaruh bahasa-bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari juga menjadi faktor perkembangan yang tidak terhindarkan, baik dalam segi penambahan jumlah maupun perubahan makna.

Chaer (2007) mengatakan bahwa untuk melihat perkembangan kosakata bahasa Indonesia, paling tidak sejak proklamasi kemerdekaan hingga kini, ada beberapa fakta yang dapat dicatat. Berikut adalah enam di antaranya. 

1. Munculnya Kosakata Baru

Sejalan dengan perkembangan budaya dan sosial masyarakat Indonesia, kosakata yang digunakan pun selalu berkembang menyesuaikan kebutuhannya. Terdapat banyak kosakata yang awalnya tidak dikenal, tetapi kemudian hadir untuk memenuhi kebutuhan penamaan baru terhadap suatu hal. Kosakata itu di antaranya adalah gojek, televisi, pemugaran, internet, media sosial, dan peretas. 

2. Sebagian Besar Kosakata dari Bahasa Belanda Lenyap 

Hengkangnya Belanda dari Indonesia nyatanya tidak hanya berdampak terhadap politik dan pemerintahan, tetapi juga terhadap penggunaan bahasanya. Kosakata dalam bahasa Belanda banyak yang lenyap dan digantikan oleh padanannya yang berasal dari bahasa Inggris. Misalnya, kata formil digantikan oleh kata formal, kata montir digantikan oleh kata mekanik, dan kata karcis digantikan oleh kata tiket. 

3. Leksikalisasi dalam Pemberian Proses Morfologi 

Pemberian proses morfologi pada kosakata yang berasal dari bahasa Inggris juga kerap terjadi dalam perkembangan bahasa Indonesia saat ini, misalnya me-recall, mem-blacklist, dan meng-upgrade. Fakta ini menunjukkan bahwa sistem morfologis bahasa Indonesia bersifat fleksibel. Hal ini juga terlihat dari fakta bahwa proses leksikalisasi tersebut juga berlaku pada kata dasar yang berupa akronim dan singkatan. Misalnya, ditilang dan di-PHK.

4. Akronim

Akronim juga menjadi penanda berkembangnya bahasa Indonesia hingga hari ini. Beberapa akronim yang awalnya tidak ada, tetapi kemudian dibuat oleh penutur bahasa Indonesia adalah warnet (warung internet), hansip (pertahanan sipil), dan petrus jakendor (pepet terus jangan kasih kendor). 

5. Deakronimisasi

Deakronimisasi adalah pembuatan kepanjangan baru dari kata-kata yang telah ada dan secara inheren memiliki makna leksikal. Kepanjangan baru yang dibuat itu biasanya merupakan gurauan atau cemoohan. Misalnya, umar ditafsirkan sebagai akronim dari untung masih ada rambut, benci ditafsirkan sebagai akronim dari benar-benar cinta, dan romantis ditafsirkan sebagai akronim dari rokok, makan, dan minum gratis. Proses deakronimisasi ini sejalan dengan proses pelesetan, yakni proses memberi tafsiran lain terhadap suatu bentuk. 

6. Perubahan makna kata

Perubahan makna kata dapat terjadi karena kebutuhan untuk mewadahi suatu konsep yang belum ada kosakatanya atau konsep yang memiliki kesamaan komponen makna dengan kosakata yang telah ada sebelumnya. Misalnya, penggunaan kata menyiarkan ‘menyebarkan’. Awalnya makna dari kata menyiarkan identik dengan fungsi radio, tetapi sekarang juga digunakan untuk mendefinisikan penyebaran lainnya seperti menyiarkan uang palsu. 

Perkembangan kosakata suatu bahasa juga dapat memperlihatkan perkembangan sosial budaya penuturnya. Perkembangan ini bersifat tak terbatas: ia akan selalu berkembang selama penuturnya masih ada dan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. 

Jika Kerabat Nara memiliki waktu luang lebih, saya percaya Kerabat Nara dapat menguraikan lebih banyak lagi fakta-fakta yang terjadi dalam perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Jadi, tertarikkah Kerabat Nara untuk mencoba menguraikannya? Saya yakin itu akan menjadi sajian yang menarik untuk didiskusikan bersama.

 

Rujukan

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Penulis: Shafira Deiktya

Penyunting: Ivan Lanin