
Bermain dengan Pengungkapan Gagasan
Kejemuan dalam mengembangkan paragraf bisa diatasi dengan memvariasikan gaya penulisan. Pada tulisan sebelumnya, saya sudah mengupas corak-corak ekspresi yang bisa Kerabat Nara gunakan. Kita dapat memadukan—bahkan memanfaatkannya secara bergiliran—corak ekspresi narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi supaya sebuah tulisan tidak terasa monoton.
Akan tetapi, apabila Kerabat Nara membutuhkan alternatif penyampaian lain, cara ini bisa diterapkan, yakni memainkan ragam pengungkapan gagasan dalam paragraf.
Deduktif
Paragraf deduktif menempatkan sebuah ide pokok atau gagasan utama pada awal paragraf. Dapat dikatakan, kalimat pertama dalam paragraf adalah inti pesan yang kemudian didukung dengan kalimat-kalimat lain sebagai penjelas. Perhatikan kutipan berikut yang saya ambil dari esai Chris Wibisana berjudul “Relawan Bantu Warga saat Covid-19 Menelanjangi Negara Telah Menelantarkan Kita”.
“Situasi pandemi Covid-19 yang sangat parah hari-hari ini justru terjadi karena inkompetensi pemerintahan Joko Widodo menangani wabah sejak awal Maret 2020. Krisis ini meliputi banyak aspek, di antaranya layanan dan tenaga kesehatan yang kolaps, pelacakan dan pengambilan sampel yang sarat manipulasi data, komunikasi risiko yang buruk (diperparah narasi beracun para buzzer yang mengeksploitasi polarisasi politik), hingga angka kematian 1.000 jiwa per hari sejak minggu kedua Juli 2021.”
Kita bisa lihat, kalimat pertama menjelaskan parahnya situasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Kalimat-kalimat berikutnya lantas berdiri sebagai penjelas dengan sejumlah bukti yang mencerminkan inkompetensi pemerintah dalam menangani pandemi.
Induktif
Lain halnya dengan deduktif, gagasan utama yang terletak pada akhir paragraf disebut sebagai paragraf induktif. Mudahnya, paragraf induktif ditutup dengan kalimat yang memiliki kesimpulan.
“Tahun 1960-an, Ubud adalah desa yang kecil dan terpencil. Di malam hari, anjing-anjing melolong mengabarkan tentang malam gelap yang mistis. Apa yang dilukiskan pelukis Rudolf Bonnet benar-benar nyata di depan mata. Tetapi, bagi para pemburu kedamaian, inilah sepotong surga yang hilang di bumi. Tidak salah jika banyak seniman kemudian menerjemahkan Ubud sebagai ubad (obat), bagi jiwa-jiwa yang kosong dan kesepian.”
Sekarang, coba perhatikan paragraf di atas yang ditulis oleh Putu Fajar Arcana dalam harian Kompas. Rentetan kalimat dalam paragraf tersebut memiliki penutup yang menyimpulkan bahwa kota Ubud dianggap sebagai obat bagi jiwa-jiwa yang kesepian.
Campuran
Gagasan utama juga bisa dituliskan pada awal dan akhir paragraf. Pola ini dinamakan pengembangan deduktif-induktif atau campuran. Berikut adalah paragraf yang saya kutip dari buku Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf (2015).
“Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang penyakit jantung koroner. Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.”
Paragraf tersebut dibuka dan ditutup dengan gagasan yang sama, yaitu kolesterol sebagai penyebab utama penyakit jantung koroner.
Ineratif
Apakah memungkinkan jika ide pokok tidak terletak di awal atau akhir paragraf? Mungkin, kok. Pada paragraf ineratif, kalimat topik yang memuat gagasan utama terletak di tengah. Ini contohnya.
“Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda letusan Gunung Sinabung, Gunung Kelud di Jawa Timur juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu, banjir terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahun-tahun sebelumnya, dilanda banjir. NTT yang sering mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang siap panen menjadi gagal panen. Sayur mayur yang banyak ditanam dan dihasilkan di lereng-lereng gunung juga hancur sehingga harga di pasar menjadi melambung.”
Pada paragraf tersebut, gagasan utama diwakili oleh kalimat Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana.
Menyebar
Terkadang, ide pokok tidak harus dituliskan secara tersurat. Gagasan utama bisa saja tersebar secara implisit pada kalimat-kalimat dalam paragraf. Pada umumnya, pola ini kita temukan pada novel, cerpen, atau berita khas.
Contoh ini saya ambil dari tulisan Hari Prabowo, “Nasib Nelayan Halmahera Timur Berjibaku dengan Limbah Tambang Nikel”.
“Tangan kanan Nur Santi, 32 tahun, tengah menjemur ragam ikan di atas jaring panjang yang ditopang kayu-kayu di depan rumahnya. Tangan kirinya memegang ember hitam berisi ikan teri hingga ikan kembung. Tak jauh dari tempatnya, beberapa lelaki mengumpulkan ikan-ikan yang sudah kering dan dimasukkan ke dalam karung-karung untuk siap dijual.”
Coba perhatikan. Untuk mendapatkan gagasan utamanya, kita mesti membaca seluruh kalimat dalam paragraf tersebut.
Lima pola di atas disebut sebagai pola pernalaran. Sekarang, selain bisa memanfaatkan corak ekspresi, Kerabat Nara sudah tahu cara lainnya untuk memvariasikan gaya tulisan, yaitu dengan memainkan bentuk pengungkapan gagasan.
Rujukan:
- Arcana, Putu Fajar. 2021. “Yang Bernas adalah Emas”. Diakses pada 6 Agustus 2021.
- Prabowo, Haris. 2021. “Nasib Nelayan Halmahera Timur Berjibaku dengan Limbah Tambang Nikel”. Diakses pada 6 Agustus 2021.
- Suladi. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
- Wibisana, Chris. 2021. “Relawan Bantu Warga saat Covid-19 Menelanjangi Negara Telah Menelantarkan Kita”. Diakses pada 6 Agustus 2021.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam