Mengusir Kejemuan dalam Mengembangkan Paragraf
Suatu hari saya merasa bosan dengan tulisan-tulisan saya. Mungkin Kerabat Nara yang berprofesi sebagai seorang penulis, baik fiksi maupun nonfiksi, pernah mengalami hal ini juga. Seolah-olah, gaya tulisan kita monoton.
Kita tahu, setiap penulis memiliki karakter yang berbeda-beda. Merombak total gaya penulisan untuk menghilangkan rasa bosan barangkali bisa diterapkan. Namun, saya kira, cara ini tidak akan bertahan lama sebab, berangkat dari pengalaman pribadi, seorang penulis ingin menyampaikan sesuatu dengan nyaman.
Saya menyarankan satu alternatif untuk mengusir kejemuan tanpa mengganggu rasa nyaman seorang penulis, yaitu dengan memvariasikan gaya pengungkapan atau ekspresi dalam paragraf. Suladi dalam Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf (2015) memaparkan corak ekspresi dalam paragraf yang meliputi narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Narasi
Narasi adalah gaya pengungkapan yang menekankan kisahan dengan paragraf yang memiliki rantaian peristiwa berdasarkan urutan waktu. Tokoh dan konflik juga menjadi dua unsur utama dalam gaya pengungkapan narasi.
Perlu diketahui, berdasarkan tujuannya, narasi dapat dibedakan menjadi narasi ekspositoris, artistik, dan sugestif. Narasi ekspositoris memuat informasi mengenai seseorang atau sesuatu yang diceritakan dalam rangkaian peristiwa berbasis data dan bukti. Sementara itu, narasi artistik menekankan sifat implisit karena bermaksud menyampaikan amanat tertentu secara terselubung. Kemudian, narasi sugestif adalah narasi artistik yang dikemas lebih lanjut untuk memicu pembaca atau pendengar agar seolah-olah melihat cerita tersebut dengan mata sendiri.
Pada ragam nonfiksi, gaya narasi bisa kita manfaatkan untuk menulis biografi, autobiografi, atau cerita perjalanan. Pada ragam fiksi, pengungkapan ini pada umumnya kita temukan dalam novel, cerpen, cerbung, juga cergam.
Deskripsi
Kata kunci dalam gaya pengungkapan deskripsi adalah indra. Tulisan dengan gaya deskriptif memuat gambaran atas suatu objek atau peristiwa dengan jelas. Pembaca dipicu untuk bisa ikut merasakan, melihat, mendengarkan, meraba, mencium, dan mendengarkan apa-apa yang tertulis dalam cerita.
Paragraf deskripsi memiliki pola pengembangan, yakni deskripsi spasial yang menggambarkan objek ruang, benda, atau tempat; deskripsi sudut pandang yang bertolak dari posisi penulis dalam menggambarkan sesuatu (objektif dan subjektif); deskripsi observasi atau pengamatan; dan deskripsi fokus yang menonjolkan suatu unsur dalam tulisan, seperti peristiwa, benda, dan manusia.
Kita bisa lihat, pola-pola tersebut mungkin saja bertumpang tindih dan saling melengkapi.
Eksposisi
Gaya pengungkapan ini lebih sering dimanfaatkan pada ragam nonfiksi. Ekspresi eksposisi bersifat informatif dan pada umumnya kita temukan dalam laporan, wacana kiat-kiat yang menjelaskan proses atas suatu hal, tulisan dengan klasifikasi, pemaparan dengan ilustrasi, dan pengembangan definisi. Sebagai tambahan, dalam “What Is Composition? Definition, Types, and Examples”, Nordquist menjelaskan bahwa corak eksposisi tidak berhenti pada tahap penggambaran seperti corak deskripsi. Lebih dari itu, gaya ini juga memberikan penafsiran.
Argumentasi
Pada dasarnya, corak ekspresi argumentasi bertujuan mencerminkan pendapat penulis. Tulisan argumentasi umumnya didukung oleh riset, wawancara, survei, dan penelitian lapangan. Kita bisa melihat paragraf-paragraf argumentasi dalam esai populer, rubrik editorial, atau artikel ilmiah.
Persuasi
Gaya pengungkapan persuasi bersifat ajakan. Artinya, paragraf dengan corak ini bertujuan memantik hasrat pembaca untuk melakukan sesuatu, entah itu membeli produk, memanfaatkan jasa, atau mengikuti program kampanye. Iklan adalah salah satu contoh tulisan yang memiliki sifat ajakan. Artikel SEO pun bisa dikategorikan sebagai salah satu wacana yang memuat paragraf-paragraf persuasif.
Lima gaya pengungkapan atau corak ekspresi di atas dapat kita terapkan secara bergantian. Misalnya, pada bagian pembuka, kita bisa memanfaatkan gaya narasi untuk merangkul pembaca dengan cerita-cerita personal. Padukan juga dengan corak deskripsi. Kemudian pada paragraf berikutnya, gunakanlah argumentasi sebelum masuk pada inti permasalahan. Setelah itu, kita dapat menawarkan solusi penyelesaian masalah lewat pendekatan eksposisi. Akhirnya, tutup tulisan dengan paragraf persuasi.
Akan tetapi, jika pola tersebut terasa membosankan, cobalah untuk menulis dengan alur yang lain, seperti mulai dengan pembukaan eksposisi, bantah dengan argumentasi, kaitkan dengan narasi pribadi, dan tutup lagi dengan argumentasi. Kelima corak tersebut bisa saling melengkapi dan memberikan variasi pada gaya tulisan-tulisan kita.
Rujukan:
- Nordquist, Richard. 2019. “What Is Composition? Definition, Types, and Examples”. Diakses pada 5 Agustus 2021.
- Suladi. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Artikel & Berita Terbaru
- Perbedaan Pantomim dan Mime
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi