Kita mengenal dua macam tanda petik, yaitu petik satu (‘) dan petik dua (“). Sebagai pengapit, keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Apakah ada kalimat yang dikutip dengan tanda petik satu? Bagaimana dengan penulisan istilah? Bagaimana cara menulis kutipan di dalam kutipan?
Mari kita mulai dari tanda yang paling umum digunakan, yakni petik dua. Dalam mengutip sebuah kalimat, tanda yang digunakan adalah petik dua. Misalnya, “Hei! Apakah kamu sudah makan?”. Tanda petik dua juga digunakan untuk menuliskan judul karangan berupa artikel dan esai, tajuk lagu, puisi, cerita pendek, bab buku, adegan atau babak film dalam sebuah kalimat. Contohnya,
Lagu “Perahu Kertas” diambil dari judul buku dan film Perahu Kertas yang terinspirasi dari puisi Sapardi Djoko Damono berjudul “Perahu Kertas”.
Selain itu, petik dua juga bisa mengapit istilah yang tidak umum atau kata yang mempunyai arti tertentu. Misalnya,
Ritem sirkadian adalah “jam” pada tubuh manusia.
Sementara itu, petik satu digunakan untuk mengutip kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam kalimat, seperti
“Presiden berpidato, ‘Jangan khawatir, vaksin akan segera tiba!’”
Kalimat langsung yang mengutip judul artikel, sajak, lagu, atau adegan film juga menggunakan tanda petik satu. Contohnya,
“Dewi Lestari mengaku bahwa novel Perahu Kertas terinspirasi dari puisi ‘Perahu Kertas’ karya Sapardi Djoko Damono.”
Tanda petik satu juga digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, penjelasan kata atau ungkapan seperti
Urip iku mung mampir ngombe mengartikan bahwa ‘hidup hanya sekadar mampir untuk minum’.
Tanda petik satu dan dua memiliki fungsi yang berbeda. Meskipun begitu, dalam sebuah kalimat, sering kali kita membutuhkan keduanya sekaligus. Selama digunakan sesuai dengan kaidah, ya, sah-sah saja.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Dessy Irawan