Beberapa bulan yang lalu, fakultas saya di kampus mengumumkan undangan terbuka bagi mahasiswa, alumni, dan dosen untuk ikut berpartisipasi dalam penulisan bunga rampai. Setelah dua tahun lulus, tentu saya sudah lumayan lupa caranya menulis artikel ilmiah. Sebentar, jadi, bunga rampai itu termasuk karya tulis ilmiah? Iya, betul.
Saya kemudian membaca ulang skripsi saya, menelusuri jurnal ilmiah di internet sebagai referensi, dan membuka buku-buku panduan untuk merangkai tulisan ilmiah. Bagi saya, menulis karya ilmiah adalah tantangan. Penulis diminta untuk sedikit mengesampingkan rasa dan berdiri dengan objektif. Kalimat mesti kokoh juga tegas. Setiap paragraf pun harus memiliki kaitan yang jelas.
Perlu diketahui, laras ilmiah memiliki ciri yang berbeda dengan laras ilmiah populer. Gaya bahasa, bagian dan sistem penyusunan, hingga hasil dan medium publikasi tulisan ilmiah harus dipikirkan seteliti mungkin. Sebelum membahas unsur-unsur tersebut lebih dalam, sebaiknya kita memahami dulu kaidah-kaidah dalam karya tulis ilmiah.
Dalam Pedoman Karya Tulis Ilmiah (2012), terdapat enam kaidah karya tulis ilmiah, yaitu sebagai berikut.
- Logis yang berarti penjelasan data dan informasi harus tersajikan dengan runtut dan selaras dengan logika pemikiran serta kebenaran ilmu.
- Objektif yang berarti data dan informasi berasal dari sumber yang akurat, yakni sesuai dengan fakta.
- Sistematis yang menggunakan pola pikir yang sistematis, konsisten, dan berkelanjutan.
- Andal yang berarti data dan informasi telah teruji, sahih, dan memungkinkan untuk terus dikaji ulang.
- Terencana yang berarti memiliki desain dan rancangan.
- Akumulatif yang tersusun atas berbagai macam sumber tepercaya dan memberikan kontribusi bagi khazanah ilmu terkait.
Setelah memahami betul enam kaidah tersebut, kita bisa beranjak ke prosedur penulisan. Dalam tulisan ilmiah, terdapat tahap perumusan masalah, persiapan dan analisis awal, pengumpulan dan analisis data, penulisan dan penyuntingan, serta penyelesaian. Tentu kita sudah cukup familier dengan langkah-langkah tersebut karena biasa digunakan dalam penulisan skripsi atau penelitian akademis lainnya. Sementara dalam penyusunan babnya, karya tulis ilmiah terbagi ke dalam pendahuluan, isi, dan penutup yang turut mencakup tujuan serta metode penelitian, landasan teori, dan daftar pustaka penelitian turut melengkapi tulisan kita.
Berbeda dengan karya fiksi atau jurnalistik, karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang jelas, efektif, dan bersifat tunggal makna. Unsur metafora perlu dikesampingkan sehingga tulisan tidak mengandung kerancuan. Pembentukan kata, penyusunan kalimat, kepaduan antarparagraf, dan keutuhan wacana dapat membentuk tulisan ilmiah yang baik. Lebih lanjut, setiap istilah keilmuan yang bersifat teknis perlu didefinisikan sejelas mungkin.
Selain itu, ciri karya tulis ilmiah juga terwakili melalui penulisan sitasi. Di Indonesia, pencantuman sitasi umumnya mengikuti format APA (American Psychological Association), CMS (Chicago Manual of Style), dan MLA (Modern Language Association of America). Intinya, penulisan karya ilmiah harus mematuhi kaidah-kaidah bahasa yang diakui dalam suatu negara, mulai dari pembentukan kata, penyusunan kalimat, kepaduan paragraf, serta keutuhan wacana.
Dengan mengetahui kaidah, prosedur, gaya bahasa, dan ciri lainnya dalam penulisan ilmiah murni, tulisan dapat tertata rapi. Bahkan, setelah rampung, kita bisa mempublikasikan karya tulisan ilmiah lewat bentuk buku atau nonbuku. Ulasan, hasil penelitian dan pengembangan, bunga rampai, bahan ajar, pengayaan, dan kompilasi, misalnya, merupakan contoh karya-karya ilmiah dalam bentuk buku. Sementara itu, dalam bentuk nonbuku, karya tulis ilmiah bisa berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel, makalah, dan resensi.
“Kenapa lo mau nulis karya ilmiah lagi, sih? Kan, udah lulus?” Tanya seorang teman yang dulu juga satu almamater dengan saya. Barangkali banyak yang berpendapat bahwa menulis karya ilmiah merupakan pekerjaan yang melelahkan, tidak bebas, serta memakan waktu. Bahkan, ada pula yang menganggapnya sia-sia. Namun, saya rasa, menulis untuk bunga rampai atau publikasi ilmiah lainnya adalah cara untuk berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan; bentuk pertanggungjawaban atas pendidikan yang selama ini telah diemban.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Dessy Irawan