Afiksasi atau pengimbuhan merupakan salah satu proses pembentukan kata. Banyak kata dalam bahasa Indonesia yang tercipta berkat pengimbuhan. Coba saja lihat, berapa banyak kata yang sudah mengalami imbuhan hingga kalimat ini ditulis?
Kerabat Nara mungkin sudah tahu bahwa dalam afiksasi terdapat kaidah KTSP, yakni peluluhan fonem ketika imbuhan me- atau pe- bertemu fonem /k/, /t/, /s/, dan /p/. Contohnya adalah mengudeta yang terbentuk dari me- + kudeta, menelepon dari me- + telepon, menyalin dari me- + salin, dan memengaruhi dari me- + pengaruh; pengasih dari pe- + kasih, peninjau dari pe- + tinjau, penyakit dari pe- + sakit, dan pemandu dari pe- + pandu.
Selain itu, dalam afiks me- dan pe- juga terdapat kasus lain yang menarik, yakni ketika dua imbuhan tersebut bersentuhan dengan sebuah kata yang memiliki ekasuku atau bersuku kata tunggal. Cat, bom, tik, lap, dan bor adalah contoh kata dengan satu suku. Ketika diawali dengan imbuhan me-, lima kata tersebut tidak berubah menjadi mencat, membom, mentik, melap, dan membor, tetapi menjadi mengecat, mengebom, mengetik, mengelap, dan mengebor. Hal yang sama terjadi ketika mereka mendapatkan afiks pe-. Kata-kata tersebut berubah menjadi pengebom, pengecat, pengetik, pengelap, dan pengebor. Bunyi /ŋ/ muncul ketika kata dengan ekasuku bertemu imbuhan me- dan pe-. Bahkan, dalam imbuhan pe-an pun, bunyi tersebut turut hadir: pengecatan, pengeboman, pengetikan, pengelapan, dan pengeboran.
Hadirnya bunyi /ŋ/ sering kali membuat kita keliru menentukan sebuah kata dasar. Misalnya, pada kata mengetik, saya rasa banyak Kerabat Nara yang mengartikan bahwa bentuk dasar kata tersebut adalah ketik. Sebagaimana kita tahu, me- yang bertemu awalan /k/ akan mengalami peluluhan. Namun, dalam kasus ini, mengetik tidak terbentuk karena peluluhan fonem, tetapi berkat awalan me- yang bertemu kata tik.
Perlu diingat, bunyi /ŋ/ tidak muncul ketika kita hendak memasifkan kata-kata tersebut. Maka dari itu, bentuk pasif mengecat, mengebom, mengetik, mengelap, dan mengebor adalah dicat, dibom, ditik, dilap, dan dibor.
#afiks #imbuhan #morfologi
Rujukan:
- Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Mustakim. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
3 komentar
Kalau untuk kata dalam bahasa asing yang berjumlah satu suku kata, apakah aturan ini juga berlaku, Kak?
Misal, kata “judge” berubah menjadi “menge-judge”?
Apakah itu berarti kata yang baku adalah, “tiklah”, bukan “ketiklah”?
Turunan dari kata “tik” adalah ketik, mengetik, pengetikan, dan tikan, Mas. Kata “tiklah” belum terdaftar dalam KBBI.