Sebuah judul perlu dibedakan dengan teks lain di sekitarnya. Ketika saya menulis kalimat “Saya punya Recehan Bahasa”, misalnya, pembaca mungkin tidak dapat menangkap dengan jelas mana yang merupakan judul buku. Penerapan huruf miring atau tanda petik memudahkan pembedaan bagian judul dengan bagian lain pada kalimat.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2017)—acap disingkat dengan PUEBI—mencantumkan dua aturan untuk penulisan judul pada kalimat. Judul buku, majalah, atau surat kabar ditulis dengan huruf miring, sedangkan judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku diapit tanda petik. Jadi, menurut PUEBI, ada tiga jenis judul yang ditulis dengan huruf miring dan tujuh jenis judul yang ditulis dengan diapit tanda petik. Lalu, bagaimana dengan jenis judul lain, misalnya judul acara televisi, lukisan, dan siniar (podcast)?
Aturan umum untuk memilih huruf miring atau tanda petik bagi judul sebenarnya sederhana. Huruf miring dipakai untuk karya yang lebih panjang atau koleksi karya, misalnya judul novel, album, dan film. Sebaliknya, tanda petik dipakai untuk karya yang lebih pendek atau bagian dari karya yang lebih panjang, misalnya judul cerita pendek, lagu, atau puisi. Aturan umum itu diterapkan oleh tiga pedoman gaya (style guide) terpopuler dalam bahasa Inggris.
Tiga pedoman gaya terpopuler dalam bahasa Inggris adalah APA (American Psychological Association), CMS (Chicago Manual of Style), dan MLA (Modern Language Association). Ketiga pedoman itu secara umum menyepakati aturan umum huruf miring untuk judul karya panjang (koleksi) dan tanda petik untuk judul karya pendek (bagian). Tabel berikut ini mendaftarkan judul yang ditulis dengan huruf miring dan yang ditulis dengan tanda petik karena hubungan koleksi dan bagian.
Tabel 1 Judul dengan Huruf Miring dan Judul dengan Tanda Petik
No. | Huruf Miring (Koleksi) | Tanda Petik (Bagian) |
1 | Buku | Bab |
2 | Antologi | Puisi, sajak, dsb. |
3 | Kumpulan cerpen | Cerita pendek |
4 | Surat kabar | Berita |
5 | Majalah | Artikel |
6 | Jurnal ilmiah | Makalah ilmiah |
7 | Album lagu | Lagu, single |
8 | Acara televisi | Episode |
9 | Siniar | Episode |
10 | Film | Babak, adegan |
11 | Lakon | Babak, adegan |
Pedoman-pedoman gaya tersebut secara umum juga menyepakati penulisan jenis judul atau nama di bawah ini dengan huruf miring.
- Kartun dan komik (Doraemon)
- Lukisan, patung, dan barang koleksi lain (Mona Lisa)
- Simfoni dan opera (Simfoni Raya Indonesia)
- Permainan video (Counter-Strike)
- Pesawat udara, pesawat luar angkasa, dan kapal (KRI Dewa Ruci)
Sebaliknya, judul pidato (“Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah“) dan naskah yang tidak diterbitkan, seperti karya akhir (“Strategi Peningkatan Kualitas Ilmiah Wikipedia Bahasa Indonesia“), pada umumnya ditulis dengan diapit tanda petik.
Terakhir, ada pula judul yang tidak ditulis dengan huruf miring dan juga tidak diapit dengan tanda petik. Judul itu cukup memakai kapitalisasi judul untuk membedakannya dengan bagian lain dari kalimat. Berikut daftar jenis judul atau nama yang umumnya ditulis biasa tanpa huruf miring dan tanpa tanda petik.
- Dokumen hukum dan politik (Undang-Undang Dasar 1945)
- Kitab suci (Al-Qur’an)
- Produk atau aplikasi (Google Chrome)
- Bangunan (Monumen Nasional)
- Penghargaan (Kusala Sastra Khatulistiwa)
Kaidah penulisan judul yang diterapkan PUEBI cukup sejalan dengan kaidah umum dari APA, CMS, dan MLA, kecuali untuk judul film dan sinetron. Menurut PUEBI, kedua jenis judul itu ditulis dengan diapit tanda petik, sedangkan menurut ketiga pedoman gaya tersebut, judul film dan acara televisi (sinetron termasuk di dalamnya) ditulis dengan huruf miring. Saya pikir PUEBI perlu mengubah kaidah penulisan judul film dan acara televisi menjadi menggunakan huruf miring, bukan tanda petik, agar judul adegan, babak, atau episode dapat ditulis dengan tanda petik.
Seiring dengan perkembangan peradaban, manusia mungkin akan menciptakan jenis karya baru. Kaidah penulisan judul dalam kalimat untuk karya-karya baru itu pun perlu ditetapkan oleh PUEBI agar tidak membingungkan pengguna.
Rujukan
- American Psychological Association. 2019. Publication Manual of the American Psychological Association. 7th Ed.
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.
- Gunner, Jennifer. 2020. “Using Italics or Quotation Marks in Titles”. YourDictionary.
- Modern Language Association of America. 2016. MLA Handbook. 8th Ed.
- University of Chicago Press. 2017. The Chicago Manual of Style. 17th Ed.
Penulis: Ivan Lanin
Penyunting: Harrits Rizqi
18 komentar
Ka mau tanya. Untuk penulisan Singkatan pada judul.
Misal PENSIL “Pembelajaran Nilai-nilai Pancasila” Apakah boleh?
Akronim seperti itu hanya huruf pertamanya yang dikapitalkan: Pensil.
min mau tanya, kalo penulisan judul warung apakah bisa menggunakan tanda petik?
Tidak. Nama tempat tidak diapit tanda petik, ya, Kerabat Nara.
Apakah penulisan golongan darah B harus menggunakan tanda hubung? Misalnya sinar-x, generasi-z, kunci-L
Setahu Nara tidak perlu tanda hubung. Sinar-X tampaknya diberi tanda hubung karena mengikuti penulisan dalam bahasa Inggrisnya: X-ray.
Untuk judul lagu berbahasa asing apakah ditulis miring dengan tanda kutip?
Belum ada pernyataan khusus dalam KBBI, tetapi Nara pikir begitu.
Apakah masih berlaku pada EYD V?
Masih. Silakan cek situs web EYD: https://ejaan.kemdikbud.go.id/
Min mau tanya, bagaimana untuk penulisan nama keguatan dan tema kegiatan?
Nama kegiatan tidak diberi huruf miring dan tidak diapit tanda petik. Tema kegiatan diberi tanda petik (EYD V).
Apakah bisa kita menggunakan huruf miring dan tanda petik bersamaan? Misalnya pada penggunaan kalimat bahasa asing.
Bisa, misalnya kutipan dalam bahasa asing. Kutipannya diapit tanda petik, sedangkan bahasa asingnya menggunakan huruf miring.
Terima kasih banyak atas informasinya.
Sama-sama. 😊
Terima kasih sharing artikelnya, Uda. Sangat bermanfaat. Izin bertanya, judul lagu menggunakan kapital atau tidak?
Penulisan judul lagu menggunakan huruf kapital dan diapit tanda petik, Mbak. Sementara judul album menggunakan huruf miring.