Bahasa prokem, menurut Kamus Linguistik Edisi Keempat (2008), adalah ragam nonstandar bahasa Indonesia yang lazim di Jakarta pada 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut bahasa gaul. Pada awal kemunculannya, bahasa prokem ditandai oleh kata-kata dalam bahasa Indonesia atau dialek Betawi yang mengalami penyisipan -ok- Contohnya adalah bapak yang dipotong menjadi bap dan disisipi -ok- sehingga membentuk bokap. Selain itu, prokem sendiri pun diduga terbentuk dari kata preman yang dipotong menjadi prem dan disisipi -ok-.

Namun, bahasa prokem ternyata tidak hanya terbentuk lewat penyisipan tersebut. Asoy, misalnya, digunakan untuk menyatakan asyik. Sementara itu, ajojing digunakan untuk berdisko. Dua kata tersebut barangkali begitu sering digunakan sehingga keduanya telah tercatat di dalam KBBI.

Perlu diketahui pula, novel Ali Topan Anak Jalanan (1977) karya Teguh Esha dan sandiwara radio Catatan Si Boy (1985) dianggap berperan dalam meramaikan khazanah bahasa prokem. Bahkan, bahasa dari komunitas banci pun turut memberi warna terhadap perkembangan bahasa gaul lewat kata ember untuk memang dan akika untuk aku.

Bahasa prokem atau bahasa gaul ini selalu berkembang. Setiap zaman memiliki ciri bahasa yang berbeda. Apabila ditelusuri lebih jauh, setiap komunitas pun memiliki bahasanya masing-masing. Fenomena inilah yang dikenal sebagai slang, yakni ‘ragam bahasa tak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok-kelompok sosial tertentu untuk komunikasi internal sebagai usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti’. Bahasa prokem di Jakarta pada 1980-an termasuk ke dalam slang. Bahasa prokem di wilayah selain Jakarta pun disebut juga sebagai slang.

Apakah kelompok sosial yang dimaksud dalam penggunaan bahasa slang hanya terbatas pada wilayah geografis? Tentu tidak. Pengguna aktif forum Kaskus mengenal sebutan Gan, cendol, dan pertamax. Pemakaian wkwkwk tumbuh subur di dunia gim. Terlebih, program Dahsyat di RCTI sempat memarakkan kata cekidot.

Pada masa ini, bisa dikatakan bahwa anjay adalah salah satu kata gaul yang sering malang melintang di media sosial. Kata tersebut bahkan sempat menuai kontroversi. Selain itu, ada satu kata lagi yang menurut saya makin ramai digunakan oleh netizen, khususnya di Twitter. Pelafalan kata ini terasa jenaka dan digunakan untuk meledek orang lain. Kata ini adalah was wes wos fa fi fu. Kerabat Nara tahu?

 

Rujukan:

  • Imanjaya, Ekky. 2010. “B4ha5A 6WL D3WA5A 1N!: DEMI APA?”. Majalah Tempo, Agustus, Jakarta.
  • Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Setiawan, Aris. 2020. “Anjay dan Bahasa Slang”. Majalah Tempo, September, Jakarta.
  • Tajudin, Qaris. 2007. “Secara Gue Gaul Gitu Loh!”. Majalah Tempo, Mei, Jakarta.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin