Memeriksa Edisi dan Cetakan dalam Daftar Pustaka
Menulis daftar pustaka ialah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan untuk menambah kredibilitas tulisan kita. Dengan daftar pustaka, pembaca dapat mengetahui sumber-sumber apa saja yang kita manfaatkan untuk memperkaya sebuah tulisan. Namun, jangan anggap enteng. Pastikan pula Kerabat Nara telah memilih rujukan, baik bacaan maupun tontonan, dengan cermat.
Ada beberapa panduan penulisan daftar pustaka, seperti APA, MLA, dan CMS. Berdasarkan amatan Uda Ivan Lanin, model CMS adalah format daftar pustaka yang paling mirip dengan anjuran dari PUEBI. Kerabat Nara bisa membaca perbedaan APA, MLA, dan CMS pada artikel ini.
Secara sekilas, menulis daftar pustaka tidaklah begitu rumit. Kita hanya perlu membuka panduan-panduan yang dapat ditemukan dengan mudah di internet. Namun, ada satu permasalahan yang saya rasa sering kali kita temui. Apabila sebuah buku sudah dicetak sebanyak dua kali pada tahun yang berbeda, bagaimana cara mengutipnya? Lalu, jika sebuah buku memiliki dua edisi yang diterbitkan pada tahun yang berbeda, mana tahun yang sebaiknya kita sertakan dalam daftar pustaka?
Saya pernah menanyakan kebingungan tersebut kepada seorang senior di kampus. Beliau malah bertanya balik, “Ya, tergantung. Kamu baca bukunya yang terbitan tahun berapa? Edisi ke berapa?”
Kamus Linguistik, misalnya, adalah kamus yang disusun oleh Harimurti Kridalaksana dan telah dimutakhirkan sebanyak empat kali. Maka, ada empat edisi Kamus Linguistik. Yang terakhir diterbitkan pada 2009. Namun, apabila yang saya manfaatkan sebagai daftar pustaka adalah edisi ketiga pada 1993, berarti itulah yang saya rujuk. Contoh lainnya, Danarto menerbitkan kumpulan cerpen Berhala pada 1991. Saya membaca cetakannya yang keenam, terbit pada 1996. Dengan demikian, Berhala pada 1996-lah yang saya sertakan dalam daftar pustaka.
Pada setiap edisi, biasanya ada pemutakhiran, entah itu penambahan atau pengurangan materi. Selain itu, bisa saja setiap cetakan menggunakan ejaan yang tengah berlaku pada masanya. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa bahwa data buku yang kita rujuk dalam daftar pustaka telah sesuai. Jangan sampai ketidaktelitian sitasi justru menyesatkan pembaca.
#daftarpustaka #edisi #cetakan
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam