Resolusi Masih Relevan?

oleh Narabahasa

Tabik.

Bukan rahasia lagi bahwa beberapa orang kerap merasakan datangnya pengharapan baru di setiap datangnya tahun yang baru. Itulah mengapa resolusi selalu dicatat pada awal tahun sebagai bukti bahwa kita pernah berharap dan mencoba. Bukan rahasia juga bahwa biasanya, seusai tiga bulan pertama, semangat mewujudkan resolusi kita mulai pudar. Banyak yang sudah diadang realita dan ekspektasi mereka sendiri sehingga harapan-harapan tersebut gugur satu per satu. Namun, itu bukan alasan kita berhenti beresolusi, kan?

Resolusi membuat kita mengingat bahwa ambisi kita pernah sekuat itu. Jika kita mengingatnya lagi saat lelah, resolusi juga bisa menjelma sebagai penggiat kembali untuk kita. Meski terdengar seperti ujaran yang membosankan, resolusi tetap dapat menjadi motivasi.

Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana kita menentukan resolusi kita? Seorang teman Nara pernah berkata bahwa menetapkan tujuan harus dibarengi dengan siasat mengejarnya. Kamu boleh-boleh saja bertujuan mendapatkan 100 juta bukan dengan cara menabung uang, mulai dari nominal terendah hingga tertinggi, setiap bulan, melainkan dengan tidak memecahkan seluruh uang Rp50.000 yang kamu miliki dan dapatkan. Terdengar tidak masuk akal? Bisa jadi. Namun, cara ini efektif untuk pendisiplinan diri kita. 

Kamu bisa juga beresolusi mencetak buku pertamamu bukan dengan menulis seluruh bahan sekaligus, melainkan dengan cara mengerjakan tiga halaman per hari saat hendak tidur. Jika kamu menetapkan tahapan-tahapan itu, katanya, kamu sudah menunjukkan bahwa kamu siap berjalan jauh dengan memikul resolusimu.

Berjalanlah saja, disiplinlah saja. Jika kamu belum menemukan dan belum sampai di tujuanmu, tetaplah berjalan.

Mari kita ambil titik tengahnya antara harapan dan realita yang ada. Nara ingin mengajak kalian berandai-andai tentang apa saja yang akan kalian lakukan di tahun 2023 nanti. Nara, misalnya, ingin menumbuhkan minat digital berbasis bahasa Indonesia, seperti membuat aplikasi pengecekan ejaan, mengonsistenkan akun YouTube dan siniar, membangun relasi dengan perusahaan yang membutuhkan penggunaan bahasa Indonesia, mendekatkan diri pada Kerabat Nara di seluruh kanal media sosial Nara, dan lain-lain. Nah, bagaimana denganmu? 

Kunjungi akun-akun kami dan tuliskan harapanmu, ya. Nara bantu kawal sampai terwujud. Bantu Nara juga, ya!

 

Salam takzim,

Thesa Nurmanarina

Sekretaris Direktur dan Spesialis Hubungan Masyarakat



Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar