Kata terlalu pada kalimat yang acap dilontarkan ketika menolak cinta seseorang itu membuat bingung. Bentuknya berupa verba pasif berawalan ter-, tetapi sifatnya seperti adverbia yang menerangkan adjektiva baik. Kebingungan itu beralasan, sama seperti keheranan kenapa kalau baik malah ditolak. Perubahan kelas kata tanpa perubahan bentuk, misalnya dari verba menjadi adverbia itu, tampaknya jarang dibahas tuntas dalam referensi kebahasaan Indonesia.

Transposisi—disebut juga konversi, transmutasi, atau derivasi nol (Chaer, 2007, 188)—adalah perubahan kelas kata tanpa perubahan bentuk, misalnya perubahan kelas kata memikat dari verba menjadi adjektiva. Proses ini menarik karena biasanya perubahan kelas kata terjadi melalui perubahan bentuk, misalnya dengan afiksasi. Ada delapan jenis transposisi dalam bahasa Indonesia yang bersumber dari tiga kelas kata sumber dan menghasilkan enam kelas kata sasaran. Tabel berikut menunjukkan jenis-jenis transposisi dengan kolom menunjukkan kelas kata sumber, sedangkan baris menunjukkan kelas kata sasaran.

Tabel 1 Jenis dan Contoh Transposisi

1. Verba Denominal (Nomina → Verba)

Nomina dapat bertransposisi menjadi verba dalam (1) kalimat ragam percakapan, (2) kalimat imperatif, dan (3) kalimat pasif. Contohnya nomina cangkul seperti pada kalimat-kalimat berikut.

  1. Mari kita cangkul ladang itu.
  2. Cangkul ladang itu!
  3. Ladang itu sudah saya cangkul.

2. Adjektiva Denominal (Nomina → Adjektiva)

Nomina berimbuhan per- atau peng- yang mengandung makna ‘memiliki sifat’ dapat bertransposisi menjadi adjektiva. Contohnya, pemalu dan pendiam.

  1. Bujang pemalu itu menundukkan kepalanya.
  2. Meski pendiam, dia giat bekerja.

3. Pronomina Denominal (Nomina → Pronomina)

Nomina penyapa dipakai untuk menyapa persona kedua, sedangkan nomina pengacu dipakai untuk mengacu persona ketiga yang dibicarakan. Akan tetapi, kedua jenis nomina itu tidak dianggap sebagai pronomina atau pengganti pronomina (Moeliono dkk., 2017, 340–342). Contohnya, Saudara dan Bapak.

  1. Pesan Saudara sudah saya terima.
  2. Tolong sampaikan pesan ini kepada Bapak.

4. Nomina Deverbal (Verba → Nomina)

Dalam bidang hukum, ada beberapa nomina yang dibentuk melalui transposisi verba berawalan ter- dengan arti ‘orang yang (sudah) di-…’. Contohnya, tersangka ‘orang yang sudah disangka’ dan tertuduh ‘orang yang dituduh’.

Selain itu, beberapa verba, seperti berenang dan membaca, dapat berperilaku seperti nomina dengan menempati posisi subjek pada kalimat (Chaer, 2007, 168). Contoh:

  1. Berenang itu menyehatkan.
  2. Membaca dapat memperkaya pengetahuan.

5. Adjektiva Deverbal (Verba → Adjektiva)

Verba dengan afiks meng-, meng–kan, ter-, dan ber- dapat bertransposisi menjadi adjektiva. Contoh:

  1. Kejadian itu menarik (perhatiannya).
  2. Penampilan mereka membanggakan (orang tua mereka).
  3. Saya terkejut (mengetahui hal itu).
  4. Racun itu berbahaya (bagi manusia).

Pada kalimat-kalimat di atas, kata yang ditulis dengan huruf miring akan berkelas kata verba ketika bagian dengan tanda kurung disertakan, tetapi berkelas kata adjektiva ketika bagian dengan tanda kurung dibuang.

6. Adverbia Deverbal (Verba → Adverbia)

Verba dengan afiks ter- dapat bertransposisi menjadi adverbia. Transposisi ini tampaknya terbatas hanya pada kata terlampau, teramat, dan terlalu (Arifin & Matanggui, 2007, 107).

  1. Harga barang itu terlampau tinggi.
  2. Musikus itu teramat kaya.
  3. Kamu terlalu baik untukku.

7. Nomina Deadjektival (Adjektiva → Nomina)

Adjektiva ukuran, seperti panjang, tinggi, dan dalam, dapat bertransposisi menjadi nomina. Contoh:

  1. Jembatan itu panjang. Panjang jembatan itu sekitar lima puluh meter.
  2. Gedung itu tinggi sekali. Tinggi gedung itu lebih dari dua ratus meter.
  3. Teluk itu cukup dalam untuk dilabuhi. Dalam teluk itu paling tidak dua puluh meter.

Pada tiap contoh tersebut, adjektiva pada kalimat pertama berubah menjadi nomina pada kalimat kedua.

Menurut Moeliono dkk. (2017, 276), nomina yang menyatakan terbitan atau peristiwa berkala, seperti harian dan tahunan, juga termasuk bentuk nomina deadjektival. Namun, KBBI hanya mencantumkan arti nomina untuk kata-kata seperti itu.

8. Numeralia Deadjektival (Adjektiva → Numeralia)

Numeralia taktentu banyak dan sedikit sejatinya merupakan adjektiva. Mungkin ini yang menyebabkan numeralia jenis ini diingkarkan dengan tidak, bukan bukan. Contoh:

  1. Bos itu punya banyak uang.
  2. Banyak orang menghadiri acara itu.

Pada contoh pertama, banyak berfungsi sebagai adjektiva, sedangkan pada contoh kedua, ia berfungsi sebagai numeralia.

Transposisi Lain

Ada berapa kasus lain perubahan kelas kata tanpa perubahan bentuk yang dapat diselisik lebih lanjut, misalnya perilaku beberapa kata yang dapat berfungsi sebagai preposisi ataupun konjungsi. Pada contoh di bawah ini, karena berfungsi sebagai preposisi pada kalimat pertama dan sebagai konjungsi pada kalimat kedua.

  1. Dia sedih karena kamu.
  2. Dia sedih karena kamu pergi.

Kasus lain direkam sebagai homonimi dalam KBBI, misalnya kata akan yang dapat berkelas kata adverbia atau preposisi  seperti pada contoh di bawah ini.

  1. Hari ini tampaknya hujan akan turun.
  2. Ia lupa akan orang tuanya.

Rujukan

  • Adib, Holy. 2018. “Ketika Kata Pindah Kelas”. Beritagar. Diakses pada 13 Juni 2021.
  • Arifin, Zaenal, dan Junaiyah H. Matanggui. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.
  • Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum, Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Ivan Lanin

Penyunting: Harrits Rizqi