Tolok ukur yang dipakai untuk menilai mutu kalimat ialah keefektifan kalimat. Kata keefektifan merangkum lima kriteria, yaitu kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan, dan kesejajaran. Yang sulit ialah tolok ukur untuk menilai pemilihan kata (diksi). Menurut Mustakim (2014: 48), kriteria diksi ada tiga, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian. Saya tidak berhasil menemukan satu kata yang merangkum ketiga kriteria diksi itu.

Pencarian saya berakhir ketika saya membuka kembali Diksi dan Gaya Bahasa (2009). Pada buku itu, Keraf menggunakan istilah pendayagunaan kata untuk menyebut ketepatan dan kesesuaian diksi. Nomina yang mencerminkan perihal untuk nomina proses pendayagunaan adalah kedayagunaan. Kata itu dapat dipakai untuk merangkum kriteria diksi seperti halnya keefektifan untuk kalimat.

 

Kedayagunaan Kata Versi Keraf

Menurut Keraf, kedayagunaan kata dipenuhi oleh dua kriteria, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan diksi berkaitan dengan makna kata yang dapat mengungkapkan sebuah gagasan dan tidak menimbulkan perbedaan interpretasi. Di sisi lain, kesesuaian diksi berkaitan dengan konteks penggunaan kata yang sesuai dengan kesempatan atau lingkungan tertentu dan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan. Singkatnya, ketepatan berkaitan dengan makna, sedangkan kesesuaian berkaitan dengan konteks.

Ada sepuluh butir yang perlu kita perhatikan untuk ketepatan diksi menurut Keraf. Kita perlu memperhatikan (1) makna denotasi dan konotasi, (2) nuansa makna sinonimi, (3) kata yang mirip ejaannya, (4) bentuk idiomatis verba dan preposisi, (5) penggunaan kata umum dan khusus, (6) perubahan makna kata, serta (7) kelangsungan kata. Selain itu, kita juga perlu mewaspadai penggunaan (1) akhiran bahasa asing, (2) kata indra untuk persepsi khusus, dan (3) kata ciptaan sendiri.

Untuk kesesuaian diksi, Keraf mengemukakan tujuh hal yang perlu dihindari. Kita perlu menghindari (1) unsur substandar dalam situasi formal, (2) kata ilmiah dalam situasi umum, (3) jargon untuk pembaca umum, (4) kata slang, (5) kata percakapan dalam tulisan, (6) ungkapan usang, serta (7) bahasa artifisial.

 

Kedayagunaan Kata Versi Mustakim

Berbeda dengan Keraf, Mustakim membagi kriteria diksi menjadi tiga, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian. Tampaknya kriteria pertama versi Mustakim sama dengan kriteria pertama versi Keraf, sedangkan kriteria ketiga versi Mustakim sama dengan kriteria kedua versi Keraf. Namun, kriteria kedua versi Mustakim dimasukkan sebagai bagian dari kelangsungan kata pada kriteria pertama (ketepatan) versi Keraf.

Ketepatan diksi berkaitan dengan pemilihan kata yang dapat mengungkapkan gagasan agar diterima dengan tepat oleh audiens. Ketepatan diksi dipenuhi dengan memahami perbedaan penggunaan kata yang bermakna (1) denotasi dan konotasi, (2) sinonim, (3) eufemisme, (4) generik dan spesifik, serta (5) konkret dan abstrak.

Kecermatan diksi berkaitan dengan pemilihan kata yang benar-benar diperlukan dan penghindaran penggunaan kata secara mubazir. Penyebab kemubaziran kata, antara lain, adalah penggunaan kata (1) yang bermakna jamak secara ganda, (2) yang memiliki kemiripan makna dan fungsi secara ganda, (3) yang bermakna ‘saling’ secara ganda, serta (4) yang tidak sesuai dengan konteksnya.

Keserasian diksi berkaitan dengan penggunaan kata yang sesuai dengan konteks pemakaian, baik yang berkaitan dengan faktor kebahasaan maupun faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan untuk keserasian diksi mencakup, antara lain, penggunaan (1) kata yang sesuai dengan konteks kalimat, (2) bentuk gramatikal, (3) idiom, (4) ungkapan idiomatis, (5) majas, dan (6) kata yang lazim. Di sisi lain, faktor nonkebahasaan yang perlu diperhatikan, antara lain, adalah (1) situasi pembicaraan, (2) mitra bicara, (3) sarana bicara, (4) kelayakan geografis, dan (5) kelayakan temporal.

 

Rujukan:
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mustakim. 2014. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Ivan Lanin
Penyunting: Harrits Rizqi