Monteur berasal dari bahasa Belanda. Kata ini kemudian mengalami penyesuaian menjadi ‘montir’ dalam bahasa Indonesia.

Proses penyesuaian monteur menjadi ‘montir’ dinamakan integrasi, yakni pemakaian sebuah unsur dalam bahasa asing atau daerah yang mengalami penyesuaian bunyi, lafal, bentuk, dan ejaan. Tentunya, integrasi berkaitan erat dengan upaya pemadanan yang dapat dilakukan melalui penyerapan, penerjemahan, atau penggabungan penyerapan dengan penerjemahan. Upaya pemadanan ini sangat berguna bagi pembentukan istilah.

Penyerapan

Penyerapan dilakukan ketika kata bahasa asing tidak sulit untuk dieja dan dilafalkan dalam bahasa kita. Penyerapan dapat dilakukan melalui pilihan berikut.

1. Penyesuaian ejaan dan lafal

camera ‘kamera’

product ‘produk’

biology ‘biologi’

2. Penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal

design ‘desain’

science ‘sains’

therapy ‘terapi’

3. Penyesuaian lafal tanpa penyesuaian ejaan

bias ‘bias’

radio ‘radio’

radar ‘radar’

4. Tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

bias ‘bias’

radio ‘radio’

radar ‘radar’

5. Tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

golf → ‘golf’

internal → ‘internal’

internet ‘internet’

Di luar itu, ada pula beberapa kata yang diserap jika ejaan dan lafalnya tidak mengalami perubahan pada bahasa-bahasa modern, seperti divide et impera, ad hoc, dan quo vadis.

Penerjemahan

Pada umumnya, penerjemahan dilakukan apabila penyerapan sulit diterapkan. Terdapat dua jenis penerjemahan, yakni penerjemahan langsung dan penerjemahan dengan perekaan. Pada jenis yang pertama, penerjemahan dapat dilakukan dengan mengutamakan keserasian makna, sekalipun bentuknya tidak sepadan. Contoh kata yang mengalami penerjemahan langsung adalah ‘pasar swalayan’ yang berasal dari supermarket dan ‘toserba’ (toko serbaada) yang berasal dari department store. Selain itu, penerjemahan langsung pun juga bisa dilakukan berdasarkan kesesuaian makna dan bentuk, seperti income tax menjadi ‘pajak penghasilan’ dan public ownership menjadi ‘kepemilikan publik’.

Perlu diketahui, hasil terjemahan tidak harus terdiri atas jumlah kata yang sama dengan asal kata, misalnya ‘anak perusahaan’ untuk subsidiary, ‘batu bara’ untuk coal, dan ‘ibu kota’ untuk capital.

Selain itu, penerjemahan dengan perekaan dapat kita temui pada kata ‘anjak piutang’ yang memadankan factoring. Kata anjak menyiratkan ‘memindahkan’ atau ‘mengalihkan’, sedangkan piutang dapat mengartikan ‘uang yang dipinjamkan (yang dapat ditagih dari seseorang)’ atau ‘tagihan utang’. Berlandaskan pada perekaan tersebut, anjak piutang dibentuk sebagai ‘pengalihan hak menagih utang’ yang mengartikan factoring

Contoh lain penerjemahan dengan perekaan adalah ‘sulih suara’ untuk dubbing, ‘sulih teks’ untuk subtitle, dan ‘jasa boga’ untuk catering.

Penyerapan dan Penerjemahan 

Langkah pemadanan ini lazim diterapkan pada istilah khusus dalam suatu bidang. Contohnya adalah sebagai berikut.

calcaneocuboid joint ‘sendi kalkaneokuboid’

closed system ‘sistem tertutup’

probability of living ‘probabilitas hidup’

Penerjemahan dan penyerapan sebagai upaya pemadanan merupakan bentuk integrasi bahasa. Tentu saja, integrasi ini tidak hanya terbatas pada bahasa asing. Banyak bahasa daerah yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti cemani (Jawa) yang mengartikan ‘hitam sekali (sampai ke tulang-tulangnya)’, balayan (Minangkabau) yang berarti ‘penyakit kulit seperti bisul, yang tumbuh pada bagian kepala dan meninggalkan bekas’, dan bangkung (Bali) yang mengartikan ‘induk babi’.

 

Rujukan:

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin