Kenneth L. Pike: Tentang Teori Tagmemik dan Bahasa yang Terancam Punah
Kenneth Lee Pike merupakan salah satu linguis Amerika Serikat yang mengikuti jejak Leonard Bloomfield. Teori-teorinya tidak hanya digunakan untuk menganalisis bahasa, tetapi juga budaya. Lalu, berbeda dengan linguis seangkatannya, Pike tidak meluputkan segi makna dalam pengkajian bahasa.
Pike dikenal sebagai pelopor aliran Tagmemik (diambil dari kata tagmem). Pike dan rekan-rekannya memandang bahwa satuan dasar sintaksis adalah tagmem, yaitu satuan terkecil tata bahasa yang tersusun atas korelasi antara gatra (slot) dan kelas. Gatra adalah posisi fungsional yang diduduki oleh satuan sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Sementara itu, kelas adalah seperangkat butir yang dapat mengisi gatra itu.
Teori tagmemik berfokus pada empat segi, yaitu perspektif, satuan, hierarki, dan konteks. Keempatnya disebut sebagai alat-alat konseptual. Dalam perspektif, Pike melihat bahasa sebagai satuan-satuan yang statis, tetapi juga dinamis. Pike pun mengemukakan istilah etik dan emik. Ketika meneliti bahasa, seorang linguis cenderung menggunakan perspektifnya sendiri. Itulah yang disebut etik. Namun, seiring berjalannya pengkajian, dia juga tidak dapat mengesampingkan perspektif penutur bahasa yang sedang diteliti (emik).
Kemudian, dalam alat konseptual satuan, Pike beranggapan bahwa data bahasa terdiri atas unit-unit yang terstruktur. Bahasa pun memiliki hierarki, seperti pada alat konseptual ketiga, yang mencakup fonologi, tata bahasa, serta acuan. Sementara itu, dalam alat konseptual konteks, teori tagmemik berpendapat bahwa bentuk bahasa mendapatkan makna dari sebuah konteks.
Lebih dari itu, Pike juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan linguistik terapan. Headland (2013) menjelaskan, Pike memiliki kemampuan yang luar biasa dalam melatih pelajar untuk menganalisis bahasa-bahasa yang kurang terjamah kala itu. Kepada murid-muridnya, Pike menekankan bahwa bahasa-bahasa yang belum pernah tertulis dan belum diketahui perlu mendapatkan perhatian yang besar. Bahasa-bahasa yang terancam punah itu, menurut Pike, harus didokumentasikan dan dilestarikan supaya dapat tetap hidup.
#kennethpike #tokohlinguistik
Rujukan:
- Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
- Chapelle, Carol A. (ed) 2013. The Encyclopedia of Applied Linguistics. New Jersey: Blackwell Publishing Ltd.
- Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Perbedaan Pantomim dan Mime
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi