Simpati dan empati mungkin merupakan dua kata yang sering dianggap sama maknanya. Keduanya memang dapat mencerminkan kepedulian seseorang terhadap orang lain. Meskipun begitu, dalam segi intensitas makna, simpati dan empati tidaklah sama.
Intensitas, dalam pemaparan Cruse (2004), adalah salah satu dimensi dalam makna. Dimensi ini dapat menegaskan perbedaan dua makna kata pada ranah yang sama. Misalnya, dalam bahasa Inggris, large dan huge berada pada ranah yang sama, yakni ukuran. Namun, keduanya berbeda secara intensitas. Cruse mencontohkan perbedaan intensitas large dan huge melalui kalimat, “It wasn’t just large, it was huge.”
Perbedaan intensitas dalam makna juga dapat kita temui pada kata simpati dan empati. Dalam “Empathy vs. Sympathy: What Is the Difference?”, Longley (2022) menjelaskan bahwa simpati adalah perasaan atau ekspresi kepedulian terhadap orang lain. Biasanya, simpati dilengkapi dengan harapan baik dari seseorang terhadap lawan bicaranya.
Sementara itu, masih menurut Longley, empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dengan turut merasakan perasaan mereka. Empati umumnya bisa diterapkan ketika seseorang pernah merasakan pengalaman yang serupa dengan lawan bicaranya.
“Since it involves experiencing another person’s point of view—stepping outside one’s self—empathy enables genuinely helping behaviors that come easily and naturally, rather than having to be forced,” tulis Longley. Terlebih, Longley menyatakan bahwa manusia hanya dapat berempati kepada sesamanya. Kepada hewan, kita cuma bisa bersimpati.
Bagaimana KBBI V memaknai kata simpati dan empati? Mari kita lihat. Simpati mempunyai dua makna, yakni (1) ‘rasa kasih; rasa setuju (kepada); rasa suka’ dan (2) ‘keikutsertaan merasakan perasaan (senang, susah, dan sebagainya) orang lain’. Sementara itu, empati adalah ‘keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain’.
Apabila dibaca secara sekilas, makna kedua kata itu mirip sekali buat saya. Namun, kita bisa menggarisbawahi perbedaannya melalui frasa keikutsertaan merasakan dalam simpati dan dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dalam empati. Kita bisa menyimpulkan bahwa keikutsertaan (bersimpati) membuktikan bahwa seseorang belum tentu berada dalam perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain (berempati).
Rujukan:
- Cruse, D.A. 2004. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
- Longley, Robert. 2022. “Empathy vs. Sympathy: What Is the Difference?”. ThoughtCo. Diakses pada 9 Januari 2023.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin