Kita Punya Banyak Sinonim untuk “Kacau Balau”

oleh Yudhistira

Pada bulan lalu, akun Instagram @polisi_bahasa mengirim satu unggahan yang menarik. Di sini, Polisi Bahasa memaparkan bahwa bahasa Indonesia menyediakan beberapa sinonim untuk mencerminkan keadaan kacau balau. Bahkan, kalau boleh saya katakan, kita punya banyak sinonim untuk kata tersebut.

 

Centang Perenang

Polisi Bahasa mendaftarkan enam kata yang dapat menggambarkan situasi kacau balau. Yang pertama adalah centang perenang. Kata ini memaknai ‘tidak beraturan letaknya (malang melintang dan sebagainya); porak-parik; berantakan’. Kita lihat, kata tersebut memuat dua makna yang sebetulnya dapat dipecah kembali. Malang melintang adalah ‘terletak tidak beraturan (ada yang melintang ada yang membujur)’, sedangkan porak-parik merupakan ‘porak-poranda’ yang mewakili arti ‘cerai-berai tidak keruan; berserakan; terserak ke mana-mana; porak-peranda’ serta ‘kacau balau; kucar-kacir; morat-marit’. Dari satu kata, lahir kata lainnya.

 

Cerai-berai

Kata yang kedua adalah cerai-berai. Berbeda dengan centang perenang yang merupakan kata majemuk, cerai-berai adalah kata ulang yang dipisahkan dengan tanda hubung. Cerai-berai memaknai ‘berpisah-pisah (berpecah-pecah, bubar) tidak keruan; bongkar-bangkir; porak-parik; berantakan’. Apa itu bongkar-bangkir? Bongkar-bangkir adalah ‘berantakan; cerai-berai’.

 

Karut-marut

Kerabat Nara mungkin lebih sering mendengar carut-marut. Namun, ternyata, karut-marut adalah bentuk yang baku untuk arti ‘kusut (kacau) tidak keruan; rusuh dan bingung (tentang pikiran, hati, dan sebagainya); banyak bohong dan dustanya (tentang perkataan dan sebagainya)’.

 

Porak-poranda

Kata ini sudah kita singgung sedikit dalam kata centang perenang. Kerabat Nara barangkali juga sudah familier dengan porak-poranda. Namun, saya menemukan sesuatu yang menarik. Selain menjadi makna untuk centang perenang, porak-poranda juga berdiri sebagai makna untuk kata porak-peranda. Perhatikan perbedaan poranda dan peranda di sana.

 

Silang Sengkarut

Mari kembali pada kata majemuk. Silang sengkarut mengartikan ‘kekacauan; ketidakberesan’. Selain itu, saya menemukan pula makna kekacauan dalam kata silang selimpat (‘kusut tidak keruan; amat sulit; kacau balau’) dan silang siur (‘simpang siur’).

 

Simpang Siur

Simpang siur punya empat makna yang dapat mewakili kekacauan, yakni ‘silang-menyilang tidak keruan (tentang jalan, garis)’, ‘lilit-melilit tidak keruan (tentang sulur, pita, dan sebagainya)’, sangat rapat dan silang-menyilang (seperti kawat telepon di kota-kota besar)’, dan ‘banyak seluk-beluknya (liku-likunya dan sebagainya)’.

Setelah membaca posting tersebut, saya makin penasaran. Enam kata untuk sinonim kacau balau, buat saya, sudah dapat dikategorikan ke dalam jumlah yang banyak. Saya coba ingat-ingat lagi, adakah kata lain yang dapat menggambarkan situasi kacau atau kacau balau? Ternyata, ada, yaitu kibang-kibut yang dengan gamblang memaknai ‘kacau balau’. Kemudian, saya coba buka Tesaurus dan memasukkan kata kacau. Saya bertemu dengan bundak, sebuah kata serapan dari Minangkabau yang artinya ‘kacau; rusuh; huru-hara’. Dari Minangkabau, ada pula kata cabuk yang maknanya ‘(dalam keadaan) kacau; rusuh; heboh’ serta pakau yang mengartikan ‘bingung, pusing, kacau (tentang perasaan)’ Jangan lupakan pula kata kalut yang berarti ‘kusut tidak keruan; kacau’ dan ‘kacau pikiran dan berkata tidak keruan’. 

Kita punya banyak kata ganti untuk mewakili makna kacau atau kacau balau. Saya juga belum tahu sejarahnya bagaimana. Pertanyaannya, apa antonim kacau dan apakah ia punya sinonim yang sama banyaknya dengan pemaparan di atas?

 

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

 

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar