Alat-Alat Bicara di Dalam Tubuh Kita

oleh Yudhistira

Gitar adalah salah satu alat musik yang menghasilkan melodi. Apabila ada dawai yang sumbang atau tubuh gitar tidak dikonstruksi secara proporsional, melodi bahkan nada yang dibunyikan bisa-bisa tidak enak didengar. Dengan kata lain, bagian-bagian pada gitar berpengaruh terhadap proses produksi suara gitar.

Hal yang sama juga berlaku ketika manusia sedang berbahasa secara lisan. Ada tiga bagian di dalam tubuh kita yang berperan sebagai sumber bunyi, yaitu rongga mulut, tenggorokan, dan rongga badan. Pada bagian rongga mulut, alat bicara bernama artikulator berfungsi mengatur artikulasi dan volume ruang rongga mulut. Artikulator lalu dibagi lagi menjadi artikulator aktif dan artikulator pasif. Dalam membunyikan bahasa Indonesia, bibir bawah dan lidah termasuk ke dalam artikulator aktif. Sementara itu, artikulator pasif mencakup bibir atas, gigi atas, gusi, langit-langit keras, dan langit-langit lunak.

Lebih lanjut, pada bagian tenggorokan, terdapat alat bicara pita suara yang bertugas mengatur sebuah celah bernama glotis. Tingkat lebar dan sempitnya glotis akan berdampak pada jenis bunyi. Kemudian, pada bagian rongga badan, paru-paru berperan sebagai alat bicara yang fungsinya adalah memompa udara. Tanpa udara, bahasa tidak akan bisa dilisankan. Mengapa begitu?

Proses produksi bunyi bahasa diawali dengan pengolahan udara. Pada mulanya, udara dari paru-paru akan menuju glotis. Apabila glotis menyempit, udara akan menggetarkan pita suara dan menghasilkan bunyi bersuara, seperti [i], [a], [b], [g], dan [m]. Namun, jika glotis melebar, udara tidak akan menggetarkan pita suara sehingga menghasilkan bunyi takbersuara, seperti [s], [f], [p], dan [k].

Setelah itu, aliran udara diproses dalam rongga mulut atau rongga hidung. Udara yang melewati rongga mulut adalah bunyi oral, sedangkan udara yang melewati rongga hidung adalah bunyi nasal.

Ada beberapa gangguan berbahasa yang terjadi karena alat-alat bicara tidak bisa berfungsi dengan baik. Kendala pada paru-paru berpotensi menghambat nada bicara. Bahkan, suara bisa terdengar terputus-putus. Pada lain sisi, suara yang serak boleh jadi diakibatkan oleh kerusakan pita suara. Lalu, pengucapan fonem yang tidak sempurna pun sangat mungkin terjadi karena gangguan pada lidah.

Kita bisa lihat bahwa alat bicara yang tidak dapat berfungsi sewajarnya akan mengganggu proses produksi bahasa. F.X. Rahyono dalam “Aspek Fisiologis Bahasa” menggambarkan analogi yang menarik. Mari kita kembali pada perumpamaan di awal tulisan. Seperti gitar membutuhkan dawai, kita memerlukan alat bicara yang berfungsi dengan baik. Apabila ada satu dawai yang sumbang atau alat bicara yang mengalami gangguan, sebuah makna akan sulit diungkapkan. Lebih dari itu, dalam berbahasa, kita perlu udara, sama seperti gitar yang membutuhkan lubang resonansi untuk menghasilkan suaranya.

#alatbicara #fonologi

Rujukan:

Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

 

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin 

 

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar