Griyaan Narabahasa untuk DJKN Bahas Penyusunan Risalah Kebijakan

oleh Narabahasa

Narabahasa mengadakan kelas griyaan daring untuk Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) pada 13–21 Januari 2022. Griyaan yang membahas seputar risalah kebijakan tersebut dibagi menjadi tiga gelombang.

Tiap-tiap gelombang terdiri atas tiga sesi. Gelombang satu berlangsung pada 13, 14, dan 20 Januari 2022. Gelombang dua diadakan pada 17, 18, dan 20 Januari 2022. Sementara itu, gelombang tiga diadakan pada 17, 19, dan 21 Januari 2022. 

Pada sesi pertama, topik yang dibahas adalah substansi penulisan risalah kebijakan. Dalam sesi ini, Bevaola Kusumasari, widyaiswara Narabahasa, menjabarkan materi seputar pengenalan, cara menulis, dan latihan menulis risalah kebijakan.

Bevaola menjelaskan, risalah kebijakan atau policy brief adalah dokumen singkat yang mempresentasikan hasil dan rekomendasi kebijakan dari sebuah penelitian yang ditujukan untuk pembaca umum.

“Esensinya, policy brief itu, karena dia risalah, brief, singkat, dia harus bisa dinikmati orang sambil santai. Membaca policy brief itu harus bisa dinikmati. Kalau kita baca policy brief ngantuk, itu artinya policy brief kita yang salah,” terang Bevaola dalam sesi pertama gelombang satu, Kamis, 13 Januari 2022.

Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM itu juga memberikan formula dan templat menulis risalah kebijakan yang baik kepada peserta griyaan. Setelah itu, peserta griyaan diminta untuk menulis satu risalah kebijakan dengan target 1.500 kata yang nantinya akan dievaluasi bersama.

Pada sesi kedua, kelas griyaan difokuskan untuk membahas aspek kebahasaan. Ivan Lanin, Direktur Utama Narabahasa, bertugas sebagai widyaiswara. Dalam sesi ini, Ivan membahas wacana dan paragraf, kalimat dan kata, serta ejaan.

Pembahasan mengenai aspek kebahasaan ini menyangkut cara mengemas risalah kebijakan yang baik. Menurut Ivan, aspek kebahasaan tersebut akan membantu penulis risalah kebijakan menyampaikan pesan dengan baik kepada pembacanya.

“Ketika substansinya bagus, tetapi cara penyajiannya buruk, apa yang disampaikan itu juga akan membuat pesannya tidak akan tersampaikan,” kata Ivan di tengah sesi kedua pada griyaan gelombang dua, Selasa, 18 Januari 2022.

Selama menjabarkan materi, Ivan memberikan contoh dan studi kasus kepada peserta griyaan. Di akhir sesi, Ivan mengingatkan peserta terkait tugas yang sudah diberikan pada sesi sebelumnya. 

Pada sesi ketiga, Ivan dan Bevaola memandu kelas griyaan untuk mengevaluasi tugas para peserta. Bevaola mengevaluasi aspek konten dan logika berpikir, sedangkan Ivan mengevaluasi aspek kebahasaan. 

Menurut Ivan, kesalahan yang banyak ditemukan adalah peserta keliru dalam menulis ringkasan eksekutif. “Ringkasan eksekutif seyogianya menampung ringkasan. Jadi, ringkasan eksekutif itu bukan pendahuluan,” jelasnya ketika membuka sesi ketiga pada griyaan gelombang tiga, Jumat, 21 Januari 2022.

Bevaola turut menekankan bahwa risalah kebijakan harus mengandung keselarasan antara logika berpikir dan apa yang ditulis. Kemudian, ia berpesan kepada para peserta untuk berlatih secara rutin agar terbiasa dalam menulis risalah kebijakan.

“Ini memang menjadi tantangan bagi teman-teman, tetapi kami sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan. Ini proses panjang untuk sampai lancar, butuh waktu dan latihan yang berkali-kali,” pesan Bevaola menutup sesi terakhir griyaan tersebut.

Penulis: Fath Putra Mulya
Penyunting: Harrits Rizqi

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar