Belajar Menertibkan Ejaan bersama Ivan Lanin

oleh Narabahasa

Ivan Lanin, Direktur Utama Narabahasa, menjadi widyaiswara dalam Kelas Daring Praktis (KDP) bertopik “Kiat Menertibkan Ejaan”. Kelas tersebut dilaksanakan secara daring pada Senin, 14 Maret 2022. Adapun materi yang dibahas Ivan ialah penulisan huruf dan kata, tanda baca, serta kasus khusus.

Pada dasarnya, kata Ivan, ejaan adalah cara manusia menggambarkan bunyi bahasa dalam bentuk tulisan. Selain itu, ejaan berkaitan dengan penggunaan tanda baca. “Kalau kita perhatikan, bahasa itu berawal dari bentuk lisan. Kemudian, manusia mengembangkannya menjadi bentuk tulisan. Di sanalah kita membutuhkan ejaan,” jelasnya.

Ivan mengatakan, ejaan bersifat konvensional. “Kadang-kadang antarinstansi memiliki kaidah yang berbeda,” ujarnya. Hal itu juga dikenal sebagai gaya selingkung, seperti pada media massa. Kendati demikian, Indonesia sejatinya memiliki kaidah nasional yang dihimpun dalam Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Ivan kemudian menjelaskan materi penulisan huruf dan kata. Dalam sesi ini, Ivan menerangkan panduan dalam penulisan huruf kapital, miring, dan tebal. Ivan menunjukkan cara sekaligus contoh pemakaian ketiganya. 

“Penting sekali untuk memahami mana yang namanya nama diri dan nama jenis. Itu nanti akan memudahkan kita sewaktu menentukan penggunaan huruf kapital,” pesan Ivan terkait pemakaian huruf kapital.

Selain itu, masih dalam sesi yang sama, Ivan turut menjabarkan aturan penulisan kata. Kaidah ejaan kata dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk kata dan kelas kata. Selain itu, Ivan juga menjelaskan persoalan kata baku. Ia berpesan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selayaknya dijadikan sebagai panduan pokok untuk mengetahui bentuk baku sebuah kata. 

“Bentuk baku sebuah kata bergantung pada etimologi kata tersebut. Jadi, gunakan KBBI sebagai rujukan kata dasar yang baku,” katanya.

Lebih lanjut, Ivan mengarahkan peserta kelas untuk memahami penulisan tanda baca. Pembahasan pada sesi ini berfokus pada tanda baca penutup, penjeda, pengapit, pembatas, dan penyingkat. Kelimanya dikelompokkan oleh Ivan berdasarkan kesamaan peran dari total lima belas tanda baca yang dimuat dalam PUEBI.

“Sebenarnya, kalau di PUEBI, itu langsung dicantumkan kelima belas tanda bacanya. Susah, kalau menurut saya, untuk membaca sebegitu banyak,” ungkap Ivan.

Adapun yang termasuk dalam tanda baca penutup ialah tanda titik, seru, dan tanya. Sementara itu, tanda baca penjeda terdiri atas tanda koma, titik koma, dan titik dua. Tanda baca pengapit berisi tanda petik, petik tunggal, kurung, dan kurung siku. Tanda baca pembatas memuat tanda hubung, pisah, dan garis miring. Terakhir, tanda baca penyingkat terdiri atas tanda elipsis dan apostrof.

Dalam sesi terakhir, Ivan membahas penulisan khusus yang terdiri atas penulisan judul, keterangan, petikan, dan daftar. Ivan menyebut, penulisan khusus itu tidak dijabarkan secara eksplisit dalam KBBI. Namun, ia tetap memerinci keempat materi tersebut lantaran kerap mendapat pertanyaan dari penutur bahasa Indonesia.

Ivan pun menyoroti hal yang sering menjadi ganjalan bagi masyarakat. Pada penulisan judul, misalnya, Ivan menjelaskan, ada judul yang ditulis dengan tanda petik atau huruf miring. Judul bagian dalam suatu karya ditulis dengan diapit tanda petik, sedangkan judul karya itu sendiri ditulis dengan huruf miring. “Dua ini yang masih menjadi ganjalan,” kata Ivan.

Penulis : Fath Putra Mulya
Penyunting : Harrits Rizqi

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar