Narabahasa Beri Kiat Menyunting tanpa Pusing

oleh Narabahasa

Narabahasa mengadakan Kelas Daring Praktis (KDP) dengan topik “Kiat Menyunting” pada Selasa, 15 Maret 2022. Dalam kelas yang diadakan secara daring itu, peserta diajarkan cara menyunting secara terperinci oleh Ivan Lanin, Direktur Utama Narabahasa.

Menyunting dapat dikategorikan sebagai tahap terakhir dalam proses menulis. Kegiatan itu bisa dilakukan secara mandiri (swasunting) atau juga oleh orang lain. 

“Tujuannya sama, yaitu membantu kita untuk melepaskan diri dari tulisan kita dan berusaha mencari perspektif yang lebih segar. Hasil yang diinginkan adalah tulisan yang lebih baik,” terang Ivan.

Menurut Ivan, kiat menyunting terdiri atas tiga hal, mulai dari memahami karakteristik penyuntingan, penyuntingan substansi, hingga penyuntingan bahasa. Ketiganya diperinci oleh Ivan dalam tiga sesi KDP malam itu.

Dalam materi karakteristik penyuntingan, Ivan mengatakan bahwa esensi menyunting adalah mengubah draf naskah menjadi naskah final. “Ketika seorang penyunting melakukan pekerjaannya, yang dilakukan adalah mengecek substansi dan bahasa,” ujarnya.

Ketika menyunting, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek keterbacaan, ketaatasasan, kebahasaan, kejelasan, ketelitian, kepatutan, dan ketepatan. Aspek-aspek tersebut, kata Ivan, merupakan aspek penyuntingan secara umum.

“Tentunya, bukan berarti kita perlu melakukan ini semua. Kadang-kadang kita hanya berfokus pada beberapa hal tertentu. Tapi, saya sengaja mencantumkan semuanya agar teman-teman terbayang seberapa luas pekerjaan editor itu,” jelasnya.

Kemudian, dalam materi penyuntingan substansi, Ivan menjelaskan secara lebih spesifik lima aspek yang menjadi perhatian utama penyunting. “Akan ada beberapa yang kita perhatikan dari segi substansi sebelum kita menyunting bahasa secara detail,” katanya.

Aspek yang pertama ialah struktur tulisan. Penyunting memastikan apakah tulisan tersebut sudah memuat struktur yang lengkap, mulai dari bagian awal, isi, hingga akhir. Kedua, konsistensi. Pada aspek itu, penyunting memperhatikan sudut pandang, kata dan istilah, serta gaya bahasa yang digunakan. Sementara itu, aspek yang ketiga ialah data dan fakta. Penyunting memastikan kembali data dan fakta dari tulisan. Keempat, pada aspek nalar, penyunting memperhatikan konjungsi, silogisme, dan pengandaian. Kelima, penyunting memastikan aspek kepatutan yang menyangkut legalitas dan kesusilaan.

Selanjutnya, dalam materi terakhir, Ivan menjabarkan penyuntingan bahasa. Ia memerinci tataran bahasa sebagai pijakan untuk menyunting unsur bahasa dalam suatu naskah. Tataran bahasa tersebut terdiri atas wacana, paragraf, kalimat, kata, dan ejaan.

Dalam praktiknya, penyunting boleh membuat alur penyuntingan sendiri. Namun, ketika penyunting mendapat naskah yang cukup berantakan, Ivan menyarankan agar penyunting meninjau substansi terlebih dahulu. Tidak lupa, Ivan mengingatkan penyunting untuk mengambil jeda agar tidak jenuh.

“Yang biasanya saya lakukan kalau mendapat naskah yang berantakannya minta ampun ialah membaginya menjadi dua. Pertama, saya bereskan dahulu substansinya. Masalah ejaan belum terlalu saya utak-atik. Sehabis itu, berhenti dahulu. Biasanya, batas psikologis itu satu setengah jam untuk mengedit naskah yang sama. Setelahnya, baru kita mengedit kembali,” ujar Ivan.

Penulis : Fath Putra Mulya
Penyunting : Harrits Rizqi

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar