
Yang Penting Kamu Mengerti
Perdebatan mengenai bahasa yang benar dan salah, saya rasa, harus sedikit diluruskan. Kita sering melihat penyematan label polisi bahasa atau grammar nazi kepada mereka yang gemar mengoreksi penggunaan bahasa oleh orang lain, terutama pada media sosial. Sementara itu, netizen yang tertuduh sering kali melontarkan pembelaan: “Yang penting kamu mengerti apa yang saya maksud.”
Dalam melihat penggunaan bahasa, kita bisa memanfaatkan dua pendekatan, yaitu preskriptif dan deskriptif. Dua pandangan ini menarik sebab menunjukkan perbedaan pendapat mengenai kelayakan gramatika dan fungsi bahasa secara umum. Pasalnya, hingga hari ini kedua pandangan tersebut masih memantik perdebatan.
Preskriptif
Pada sekitar abad XV sampai dengan XVI, bahasa Inggris mulai menunjukkan popularitasnya. Dalam situasi yang sama, muncul kekhawatiran mengenai penggunaan bahasa Inggris yang tidak tepat. Setiap penulis memandang benar dan salahnya pemakaian bahasa lewat sudut pandang masing-masing. Robert Lowth, pada 1762, menerbitkan A Short Introduction to English Grammar yang dianggap sebagai fondasi perkembangan preskriptivisme.
Tata bahasa preskriptif bertekanan pada kebenaran dan kesalahan dalam penggunaan bahasa. Fromkin, Rodman, dan Hyams (2013) dalam An Introduction to Language, Tenth Edition menulis bahwa ada sebagian peneliti yang berpandangan jika kalangan terpelajar harus menggunakan bentuk bahasa yang “benar” dalam berbicara dan menulis.
Deskriptif
Pada lain sisi, Joseph Priestley merupakan seseorang yang menganut pandangan deskriptif di tengah pamornya ketaatan gramatika. Tata bahasa deskriptif adalah pendekatan yang berfokus pada latar belakang penggunaan bahasa. Menurut Drake (1977) dalam Hamka (2018), penganut aliran tata bahasa ini tertarik untuk melihat perubahan, keberagaman, penggunaan bahasa di atas stabilitas, keseragaman, serta kekuasaan. Seorang linguis bernama Christian Mair bahkan berpendapat bahwa deskriptivisme mencerminkan semangat demokrasi dalam studi mengenai bahasa manusia.
Pada dasarnya, pandangan tata bahasa preskriptif dan deskriptif sama-sama memainkan peranan yang penting. Ketika sedang mengikuti UKBI atau IELTS, misalnya, tentu kita harus mempelajari tata bahasa apabila ingin mendapatkan nilai yang memuaskan. Contoh lain adalah saat mengerjakan skripsi. Analisis dengan pemakaian bahasa yang berantakan bisa-bisa menunda waktu kelulusan kita. Dalam konteks demikian, apakah seseorang dapat berdalih dengan, “Yang penting kamu mengerti apa yang saya maksud”?
Di lain sisi, kita dapat memanfaatkan pandangan tata bahasa deskriptif untuk mengkaji perkembangan bahasa suatu daerah. Dalam bidang antropologi atau sosiolinguistik, pendekatan ini mampu menyajikan fakta-fakta menarik seputar gejala kebahasaan pada kurun waktu tertentu. Lalu, pada rutinitas sehari-hari, kita menerapkan pandangan gramatika deskriptif untuk berkomunikasi melalui bahasa ragam nonformal.
Lagi-lagi, kita harus selalu kembali pada konteks situasi, seperti yang pernah diucapkan Harimurti Kridalaksana:
“Kita menggunakan bahasa itu di mana, dengan siapa? Kembali pada itu tadi, tergantung pada siapa kita berbicara dan untuk keperluan apa. Ada porsi. Bahasa itu punya fungsi masing-masing. Fungsi formal dan fungsi informal. Jangan dikacaukan. Yang formal jadi non-formal atau sebaliknya. Malah jadi aneh. Yang wajar-wajar saja.”
Dengan demikian, ungkapan yang penting kamu mengerti apa yang saya maksud sebaiknya digunakan pada tempatnya. Pada akhirnya, perihal benar dan salah dalam berbahasa bergantung pada ruangan yang melatarinya.
#preskriptif #deskriptif #gramatika
Rujukan:
- Fromkin, V., Rodman, R., Hyams, N. 2013. An Introduction to Language, Tenth Edition. Wadsworth: Cengage Learning.
- Hamka, Nurhadi. 2018. “Prescriptivism vs. Descriptivism; Defining the students’ need in Standardized Language Proficiency Tests”. Dalam ELS Journal on Interdisciplinary Studies on Humanities, Vol. 1, Issue 4, hlm. 496–502. Makassar: Universitas Hasanuddin.
- Hinkel, Eli. 2018. “Descriptive Versus Prescriptive Grammar”. Dalam The TESOL Encyclopedia of English Language Teaching, hlm. 1–6.
- Nordquist, Richard. 2019. “Descriptivism in Language”. Diakses pada 7 September 2021.
- Subagya, Ditya N. 2017. “Bahasa dan Linguistik bersama Harimurti Kridalaksana”. Diakses pada 7 September 2021.
- Webb, Tiger. 2017. “The ‘rules’ of grammar are made up, so why bother following them?”. Diakses pada 7 September 2021.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam