
Pohon Sintaksis dan Dependensi Gramatika
Selama ini, dalam contoh-contoh analisis kalimat, saya hanya menggunakan metode analisis frasa. Beberapa buku dan artikel yang saya rujuk pun menggunakan metode serupa. Ternyata, ada satu alternatif lagi yang dapat digunakan, yakni analisis pohon sintaksis atau syntactic tree.
Pohon sintaksis terbentuk atas dasar teori dependensi. Pada 1959, Lucien Tesnière, seorang linguis asal Perancis menerbitkan sebuah monografi, yaitu karangan mengenai satu bagian dari suatu ilmu tertentu. Monografi ini berjudul Elements of Structural Syntax. Buku ini dianggap sebagai penggagas kerangka berpikir dependensi gramatika. Dalam buku itu, Tesnière menganalisis lebih dari lima ribu kalimat dan frasa dalam enam puluh bahasa lebih. Lewat hampir tujuh ratus halaman, Tesnière dalam Elements of Structural Syntax berupaya menunjukkan keuniversalan metode analisis sintaksis yang ia rintis.
Tesnière berpandangan bahwa kalimat adalah sebuah himpunan yang terorganisasi atas kata-kata. Dalam kalimat, setiap kata tidak terkungkung seperti di dalam kamus. Pikiran kita sebagai pendengar atau pembaca menangkap sebuah hubungan antarkata. Hubungan-hubungan inilah, yang berada pada titik puncak, mampu membentuk keutuhan kalimat. Hubungan, koneksi, atau relasi yang dikenalkan oleh Tesnière lantas menjadi dasar bagi struktural sintaksis atau dependensi. Saat ini, para linguis menyebut struktural sintaksis sebagai dependensi gramatika.
Dependensi gramatika menekankan adanya relasi antarkata dalam sebuah kalimat. Kata-kata saling berdampingan dan menunjukkan relasi hierarkis. Satu kata dapat menjadi superior bagi kata lainnya. Sederhananya, kata-kata yang inferior bergantung pada kata-kata yang superior dan kata yang paling superior atau memayungi kata lainnya disebut sebagai simpul (node). Lazimnya, dalam sebuah kalimat, simpul yang paling superior adalah kata yang berkategori verba.
Berdasarkan konsep di atas, sebuah kalimat dapat dianalisis dengan bagan hierarkis. Perhatikan contoh sederhana berikut.
(Sumber: Aichi Taweb)
Kridalaksana, dalam Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia (1999), menyinggung sedikit mengenai teori dependensi. Pada frasa bukan suami setia, misalnya, kata suami merupakan satuan yang independen. Sebaliknya, bukan dan setia adalah satuan yang dependen karena tidak dapat mewakili seluruh frasa tersebut.
Nyatanya, analisis kalimat melalui pembongkaran struktur frasa lebih sering diterapkan pada bahasa-bahasa yang memiliki urutan kata secara tetap. Agaknya, bahasa Indonesia cenderung bergantung pada ketetapan pola frasa atau konstituen. Sementara itu, kerangka pohon sintaksis berdasarkan dependensi gramatika dinilai lebih pas untuk digunakan dalam analisis bahasa-bahasa yang memiliki kebebasan urutan kata.
Rujukan:
- Institute for Computational Linguistics “A. Zampolli” (ILC). “Phrase structure vs dependency”. Diakses pada 24 Februari 2021.
- Khowarizmi, Muhammad Iqbal Al. 2017. Penguraian Dependensi Kalimat Bahasa Jepang dengan Penerapan Kendala pada Algoritma Exhaustive Search. Makalah.
- Kridalaksana & Tim Peneliti Linguistik Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1999. Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.
- Osborne dan Kahane. 2015. “Reviewed Work(s): Elements of structural syntax by Lucien Tesnière”. Dalam Journal of Linguistics, November, Vol. 51, No. 3 (hlm. 705–709). Cambridge: Cambridge University Press.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Dessy Irawan
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam