Menyimak dengan Bijak
Senin lalu saya menghadiri Senara (Selebrasi Narabahasa), perayaan dua tahun Narabahasa yang berwujud webinar dengan tajuk “Mekarkan Diri dengan Terampil Berbahasa”. Webinar tersebut mengupas empat keterampilan bahasa, yaitu menyimak, membaca, menulis, dan berbicara, dengan para pakarnya. Keempat narasumber yang hadir ialah Lex dePraxis (Anggota Pendiri Kelas Cinta), Windy Ariestanty (Pendiri Festival Literasi dan Pasar Buku Keliling patjarmerah), Leila S. Chudori (penulis), dan Sakdiyah Ma’ruf (pelawak tunggal).
Acara dimulai dengan paparan dari Lex dePraxis mengenai menyimak. Beliau berkata bahwa kemampuan menyimak pada orang dewasa berkurang karena mereka sudah memiliki asumsi dalam pikiran. Oleh karena itu, mereka sulit untuk hadir penuh dalam suatu dialog. Saya pribadi sepakat dengan perkataan beliau. Makin beranjak dewasa, saya makin kerap mengambil “jalan pintas” ketika berusaha memahami perkataan lawan bicara alih-alih mendengarkan dengan konsentrasi penuh.
Pernah pada suatu waktu saya berbincang dengan teman melalui telepon. Karena sedang tidak fokus, saya akhirnya kehilangan beberapa poin penting dari cerita yang ia sampaikan. Alhasil, ketika ia menutup cerita dan meminta saran, saya gelagapan karena tidak menyimak dengan baik. “Kamu jaka sembung, deh, Sil,” responsnya.
Menurut saya, tantangan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa pada era digital seperti saat ini cukup besar, terutama dalam hal menyimak. Sebabnya, sebagian besar komunikasi dilakukan jarak jauh melalui telepon atau Zoom. Lawan bicara kita bisa saja terus melanjutkan pembicaraan tanpa menyadari bahwa kita terdistraksi. Lain halnya apabila bertemu tatap muka. Saya pun masih belajar menyimak dengan bijak supaya tetap nyambung ketika mengobrol, baik secara virtual maupun tatap muka.
Saya yakin bukan hanya saya saja yang mengalami hal tersebut. Maka dari itu, saya mengajak Kerabat Nara untuk mengikuti Kelas Daring Singkat (KDS) yang berjudul “Memahami Cara Bijak untuk Menyimak”. Kerabat Nara akan mendapat pemahaman bahwa menyimak itu memiliki hakikat dan tekniknya sendiri. Untuk informasi selengkapnya, Kerabat Nara dapat mengunjungi sinara.narabahasa.id.
Semoga Kerabat Nara senantiasa sehat dan bersemangat menjalani bulan ini dan bulan-bulan berikutnya. Sampai jumpa pada Kelas Daring Singkat, ya!
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Memahami Arti “Rakyat”
- Krul: Simbol Penerimaan
- Dari Buku ke Bilik Suara: Memanfaatkan Sastra untuk Memilih Pemimpin Negara
- Tantangan dalam Penulisan Berita dan Siaran Pers
- Strategi Optimalkan Konten Medsos
- Griyaan OJK: Naskah Dinas Lebih Menarik dan Efisien
- Mengenal Antropologi Linguistik
- Nasib Bahasa Daerah di Tengah Perayaan Bulan Bahasa
- Saudara Anjing
- Mempelajari Ragam Laras Bahasa untuk Institusi Formal
- Penulisan Latar Belakang Karya Ilmiah Mahasiswa
- Kelas Luring Rasa Privat bersama IAPI