Kita sama-sama tahu bahwa bahasa Melayu adalah fondasi kuat bagi bahasa Indonesia. Bahasa Melayu memiliki struktur yang sederhana dan kosakata yang terbuka. Barangkali, itu adalah salah satu alasan di balik persebaran bahasa Melayu di Nusantara. Namun, kita perlu mengingat bahwa bahasa Melayu yang dimaksud di atas adalah bahasa Melayu pijin. Apa itu pijin?

Pijin

Saya sudah pernah menjelaskan pengertian pijin secara singkat dalam “Bahasa Melayu: Asal-usul Bahasa Indonesia”. Pijin adalah alat komunikasi singkat yang digunakan oleh dua pihak, perorangan atau kelompok, yang mempunyai dua bahasa yang tidak saling berpengertian. Bahasa Melayu pijin lazim digunakan dalam transaksi perdagangan atau pertemuan singkat. 

Ambillah contoh begini, saya dan Kerabat Nara berasal dari daerah yang berbeda. Lebih dari itu, saya berbahasa A, sedangkan Kerabat Nara berbahasa B. Alih-alih menggunakan bahasa C atau bahasa perantara, kita berdua mengembangkan bahasa baru, yakni bahasa AB. Bahasa AB adalah gabungan antara bahasa saya dengan bahasa Kerabat Nara. 

Dari contoh kasus tersebut, tampak jelas perbedaan antara pijin dan lingua franca atau bahasa perantara.  

Suhardi dan Sembiring (2005) menuliskan bahwa pijin adalah ragam bahasa yang tidak memiliki penutur asli. Ragam pijin sering ditemukan di negara-negara dunia ketiga yang pernah dijajah. Contoh ragam pijin yang terkenal adalah pijin Bislama di Vanuatu.

Kreol

Ternyata seiring berjalannya waktu, saya dan Kerabat Nara harus hidup berdampingan, entah sebagai pasutri atau sahabat satu perjuangan. Bahasa AB pun semakin dikenal oleh tetangga dan merebak ke masyarakat luas. Suatu saat, bahasa AB menjadi bahasa ibu bagi suatu generasi lalu diwariskan kepada generasi berikutnya. Pada tahap ini, bahasa AB bukan lagi disebut sebagai pijin, melainkan kreol, yaitu bahasa pijin yang memiliki penutur asli.

Menurut Kridalaksana, di Pulau Jawa, terdapat kreol yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa, yaitu dengan memanfaatkan kosakata Melayu yang bertata bahasa dan berfonologi Jawa. Contoh kreol lainnya adalah bahasa Tok Pisin di Papua Nugini dan Papiamentu di Aruba, Curaçao, serta Bonaire.

 

Rujukan:

  • Kridalaksana, Harimurti. 2010. Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia Cetakan Kedua. Depok: Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
  • Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin