Variasi Bunyi Vokal

oleh Yudhistira
Ilustrasi Variasi Bunyi Vokal

Bahasa Indonesia mengenal lima huruf vokal, yakni a, i, u, e, dan o. Kelima huruf tersebut dapat membedakan arti kata. Misalnya, vokal a dan i mengontraskan makna kata abu dan ibu. Kata tilang dan tulang pun memiliki arti yang berbeda akibat perubahan satu huruf vokal.

Dapat dikatakan bahwa huruf vokal pada contoh di atas merupakan satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Hal inilah yang disebut sebagai fonem. Lima huruf vokal tersebut membentuk enam fonem vokal dalam bahasa Indonesia, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /ə/, dan /o/ yang memiliki variasi bunyi atau alofon.

Alofon Vokal /a/

Vokal ini hanya memiliki satu alofon, yakni [a] seperti pada bentuk enak, asi, dan roda.

Alofon Vokal /i/

Vokal /i/ memiliki dua alofon, [i] dan [I]. Alofon [i] diterapkan ketika kita mengucap kata gigi, ini, dan tali yang memiliki suku kata terbuka. Apabila dipenggal, ketiga kata tersebut akan ditulis menjadi gi-gi, i-ni, dan ta-li. Lebih dari itu, alofon [i] juga dapat diterapkan pada bentuk-bentuk yang memiliki suku kata tertutup, seperti simpan (sim-pan), pinjam (pin-jam), dan pinggul (ping-gul).

Perlu dicatat, alofon [i] ditemukan pada kata dengan suku kata terbuka dan tertutup yang mendapatkan penekanan.

Alofon lainnya, [I], terdapat pada suku kata tertutup yang tidak mendapatkan penekanan, seperti banting (ban-tIng), salin (sa-lIn), dan parit (pa-rIt).

Alofon Vokal /u/

Vokal /u/ memiliki dua alofon. Alofon yang pertama, [u], dilafalkan pada bentuk bersuku kata terbuka. Alofon ini juga diujarkan ketika kita bertemu dengan bentuk bersuku kata tertutup yang diakhiri bunyi nasal /m/, /n/, atau /ŋ/ bertekanan. Perhatikan contoh berikut.

Suku Kata Terbuka:

upah (u-pah)

tukang (tu-kang)

bantu (ban-tu)

Suku Kata Tertutup (berakhiran nasal dan bertekanan):

kumbang (kum-bang)

tunggu (tung-gu)

bundel (bun-del)

Alofon yang kedua, [U], hanya dilafalkan pada bentuk bersuku kata tertutup yang tidak mendapatkan penekanan, seperti warung (wa-rUng), pulsa (pU-lsa), dan dusta (dU-sta).

Alofon Vokal /e/

Bunyi [e] dan [ɛ] merupakan dua alofon dari fonem /e/. Pelafalan [e] kita temukan pada bentuk bersuku kata terbuka yang tidak mengandung alofon [ɛ]. Simak contoh di bawah ini.

sore (so-re)

serong (se-rong)

besok (be-sok)

Namun, apabila suku kata yang mengandung alofon [e] ditutup dengan alofon [ɛ], alofon [e] otomatis berubah menjadi alofon [ɛ].

bebek (bɛ-bɛɁ) 

nenek (nɛ-nɛɁ)

derek (dɛ-rɛɁ)

Alofon Vokal /ə/

Vokal /ə/ memiliki satu alofon, yakni [ə]. Alofon ini dilafalkan pada bentuk bersuku kata terbuka dan tertutup, seperti emas (ə-mas), enam (ə-nam), dan tante (tan-tə).

Alofon Vokal /o/

Vokal /o/ memiliki dua alofon, yaitu [o] dan [ɔ]. Alofon yang pertama terdapat pada bentuk bersuku kata terbuka yang tidak mengandung alofon [ɔ]. Sementara itu, alofon [ɔ] ditemukan pada bentuk bersuku kata terbuka dan tertutup yang mengandung alofon [o]. Perhatikan contoh berikut.

Alofon [o]:

toko (to-ko)

roda (ro-da)

sekolah (se-ko-lah)

Alofon [ɔ]:

rokok (rɔ-kɔɁ)

pojok (pɔ-jɔɁ)

momok (mɔ-mɔɁ)

Buat saya, fonologi adalah cabang ilmu kebahasaan yang paling saintifik. Bagaimana tidak, bidang ini meneliti alat ucap manusia, pembentukan bunyi vokal dan konsonan, penekanan serta intonasi pelafalan, dst. Fonologi juga seolah memiliki bahasanya sendiri lewat penggunaan tanda kurung siku dan garis miring. 

Sewaktu pertama kali bersentuhan dengan bidang ini, saya serasa kembali ke masa SMA dan mempelajari biologi, bab anatomi. Namun, tanpa disadari, kita sudah bekerja secara fonetis dalam keseharian. Manusia berbahasa dan berbunyi. Kita mengucap bunyi [o] dan [ɔ] lewat kata yang berbeda. Kita pun melafalkan [i] dan [I] lewat penekanan yang tidak sama. Ternyata benar, apa yang sudah melekat dan menjadi bagian di dalam diri memang sukar untuk diteliti.

 

Rujukan:

  • Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
  • Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar