Jenis dan Titik Artikulasi

oleh Yudhistira
Ilustrasi Jenis dan Titik Artikulasi

Bunyi yang dihasilkan saat berbicara ditentukan oleh cara kita berartikulasi. Tentunya, hal tersebut tidak terlepaskan juga dari peran artikulator aktif (bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah) serta artikulator pasif (gigi atas, ceruk gigi, dan langit-langit keras). Berdasarkan Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (2005), terdapat tujuh jenis cara berartikulasi yang ditentukan oleh hambatannya masing-masing. Berikut ini penjelasannya.

  1. Letupan

Bunyi letupan diartikulasikan oleh artikulator aktif yang menghambat seluruh aliran udara dan melepaskannya dengan letupan sehingga menghasilkan bunyi [p], [b], [t], [d], [k], [g], dan [?]. Yang terakhir ini disebut sebagai bunyi glotal atau bunyi hamzah, yakni bunyi yang dihasilkan dari celah pita suara. Contoh bunyi glotal dapat kita temukan pada kata taat yang ketika dilafalkan terdengar [ta?at].

  1. Geseran

Pada jenis artikulasi ini, sebagian aliran udara mengalami penghambatan. Artikulator aktif dan pasif membentuk celah sempit sehingga udara dapat tetap mengalir dan memproduksi bunyi [s], [z], dan [ʃ]. Bunyi [ʃ] direpresentasikan dalam kata syarat [ʃarat].  

  1. Paduan

Berkat kombinasi antara artikulasi letupan dan artikulasi geseran, bunyi paduan dapat terwujud, yakni bunyi [c] dan [j].

  1. Sengau

Artikulasi nasal memungkinkan artikulator untuk menghambat aliran udara pada rongga mulut dan melepaskannya melalui rongga hidung. Bunyi sengau mencakup bunyi [m], [n], [ɳ], dan [ñ]. Bunyi [ɳ] memaknai <ng> yang kita temukan pada banyak kata dalam bahasa Indonesia, contohnya adalah nganga [ɳaɳa]. Sementara itu, bunyi [ñ] merepresentasikan <ny> yang kita temukan pada kata nyanyi [ñañi].

  1. Getaran

Artikulator aktif yang bersentuhan dengan artikulator pasif secara beruntun dapat menciptakan bunyi getaran, seperti bunyi [r].

  1. Sampingan

Bunyi sampingan tercipta karena aliran udara terhambat di tengah dan dikeluarkan melalui pinggir lidah. Bunyi yang terhasilkan adalah bunyi [l].

  1. Hampiran

Artikulasi hampiran mempersempit aliran udara di rongga mulut tanpa menghasilkan geseran. Artikulator aktif kemudian bergerak ke arah artikulator pasif dan menjauh kembali ketika udara mengalir ke luar. Bunyi yang dihasilkan dari artikulasi ini adalah bunyi [w] dan [j].

Di atas adalah jenis artikulasi yang memungkinkan kita untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa. Selain itu, bebunyian tersebut turut pula dipengaruhi oleh tempat berlangsungnya artikulasi sebagai berikut.

  1. Bilabial: artikulasi yang dilakukan oleh bibir bawah dan bibir atas sehingga menghasilkan bunyi [b], [p], [m], dan [w].
  2. Labiodental: artikulasi yang dilakukan oleh bibir bawah dan gigi atas sehingga menghasilkan bunyi [f] dan [v].
  3. Apikodental: artikulasi yang dilakukan oleh ujung lidah dan gigi atas. Contoh bunyi yang dihasilkan ialah [t] dan [d]. 
  4. Apikoalveolar: artikulasi yang dilakukan oleh ujung lidah dan ceruk gigi atas sehingga menghasilkan bunyi [d] dan [r].
  5. Laminopalatal: artikulasi yang dilakukan oleh daun lidah dan langit-langit keras. Contoh bunyi yang dihasilkan ialah [ñ].
  6. Laminoalveolar: artikulasi yang dilakukan oleh daun lidah dan ceruk gigi atas sehingga menghasilkan bunyi [n].
  7. Dorsovelar: artikulasi yang dilakukan oleh pangkal lidah dan langit-langit lunak sehingga menghasilkan bunyi [k], [g], dan [ɳ].
  8. Glotal: artikulasi yang ditentukan oleh celah pada pita suara. Contoh bunyi yang dihasilkan adalah [?] pada kata taat [ta?at].

Kita bisa lihat bahwa tempat artikulasi di atas menghasilkan bunyi konsonan saja. Tidak ada bunyi vokal yang tercipta pada pertemuan artikulator-artikulator di atas karena bunyi vokal tidak mendapatkan hambatan apa pun dari alat ucap. Pemroduksian bunyi vokal hanya bergantung pada posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah yang tinggi, misalnya, dapat membantu kita untuk memproduksi bunyi [i], sedangkan posisi lidah yang rendah dapat membantu kita dalam menghasilkan bunyi [a].

 

Rujukan:

  • Chaer, Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Kushartanti, dkk. (ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar