Ragam Repetisi

oleh Yudhistira
Ilustrasi Ragam Repetisi

Menurut Zaimar (2002), repetisi termasuk ke dalam majas penegasan. Repetisi adalah pengulangan kata atau frasa, klausa, bahkan kalimat. Dalam Kamus Linguistik Edisi Keempat (2008), Kridalaksana mengartikan pengulangan sebagai ‘penggunaan unsur bahasa beberapa kali berturut-turut sebagai alat stilistis atau untuk tujuan ekspresif’. Sementara itu, menurut Keraf (2006), repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. 

Ternyata, repetisi terdiri atas beberapa ragam. Setiap jenis repetisi memiliki nama dan ciri khas yang berbeda-beda. Mari kita bedah satu per satu.

Epizeuksis

Repetisi ini melakukan pengulangan kata-kata yang dianggap penting. Contohnya: 

“Supaya bisa maju dan diakui oleh dunia, kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja

Tautotes

Tautotes adalah repetisi atas sebuah kata dalam satu konstruksi. Biasanya, pengulangan ini dilakukan untuk menegaskan makna kesalingan. Contohnya: 

Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh.”

Anafora

Anafora merupakan pengulangan kata atau frasa pertama pada setiap baris atau kalimat. Contohnya: 

Bolehkah aku berkunjung ke rumahmu dan mengetuk pintu kayu itu? Bolehkah aku membawakan buah-buahan untuk kita santap bersama-sama di bawah terang rembulan? Bahkan, bolehkah aku memilikimu sekali lagi?

Epifora

Repetisi yang disebut juga epistrofa ini merupakan kebalikan dari anafora, yakni pengulangan kata atau frasa terakhir pada setiap baris atau kalimat. Contohnya: 

“Demi kehidupan yang mapan, pejabat negeri korupsi. Pegawai-pegawai swasta pun merasa gajinya tidak cukup sehingga melakukan korupsi. Demi perut yang lebih aman, semuanya korupsi. Memang, persoalan kita tidak akan jauh-jauh dari kasus korupsi.

Simploke

Simploke adalah majas repetisi yang menggabungkan konsep anafora dan epistrofa. Contohnya:

Kamu bilang tidak akan pergi, nyatanya hilang juga. Kamu bilang akan selalu menemani, nyatanya hilang juga. Kamu bilang perasaan itu akan selalu sama, nyatanya hilang juga. Kamu bilang cinta ini abadi, nyatanya hilang juga.”

Mesodiplosis

Berbeda dengan anafora dan epistrofa, repetisi ini melakukan pengulangan kata atau frasa di tengah baris atau kalimat. Contohnya:

“Ibu bilang, jangan jadi orang yang suka menyakiti hati manusia lain. Ayah juga berpesan, jangan jadi pembenci, meski dunia begitu kejam. Nenek berkata, jangan jadi aib buat keluarga sendiri.

Epanalepsis

Epanalepsis adalah pengulangan kata pada awal baris atau kalimat dan pada akhir baris atau kalimat. Contohnya:

  1. Kita gunakan akal dan perasaan kita.”
  2.  “Kami akan berusaha semampu kami.”
  3. Menangislah di pelukanku, tak apa, menangislah.”

Anadiplosis

Repetisi ini mengulang kata atau frasa terakhir menjadi kata atau frasa pertama pada baris atau kalimat berikutnya. Contohnya:

“Di dalam hatiku, ada dirimu. Di dalam dirimu, ada kita. Di dalam kita, ada cinta. Di dalam cinta, ada kebersamaan. Di dalam kebersamaan, ada keabadian.”

Itulah delapan ragam repetisi berdasarkan struktur kalimat yang dipaparkan oleh Gorys Keraf. Seperti yang sudah saya kemukakan sebelumnya, majas adalah perihal yang sukar untuk didefinisikan secara pasti. Oleh karena itu, pakar lain mungkin saja memiliki pengklasifikasian repetisi yang berbeda dari Keraf.

 

Rujukan:

  • Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Zaimar, Okke. 2002. “Majas dan Pembentukannya”. Dalam Jurnal Makara, Sosial Humaniora Vol. 6, No. 2, Desember. Depok: Universitas Indonesia.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar